Hilang Bersama Harapan yang Sirna

05.53 Rizka Ilma Amalia 0 Comments

Hujan turun dengan derasnya seakan menangisi nasib diriku. Angin yang berhembus seakan membelai wajahku. Malam ini begitu dingin, sedingin perasaanku.
               
Aku bagaikan bunga kecil yang tumbuh sendirian dipadang rumput yang luas, dan hujan turun dengan derasnya menerpasang bunga tanpa ada yang menopangnya. Aku selalu berusaha tegar, sabar, dan kuat dengan keadaanku. Tapi kurasa tidak lagi untuk saat ini, sang bunga itu sudah tidak kuat lagi menghadapi hujan itu. Diriku, hidupku dan semua harapanku sirna sudah,  sang bunga kini hancur terbawa aliran hujan itu.

Semua orang hanya bisa mengasihani diriku, atau “nasib” diriku? Ckck. Tidak ada yang mengerti perasaanku, sang bungayang sudah terlalu banyak menaruh harapan dan impian dengan sang hujan, tapi malah hujan-hujan itu sendiri yang selalu menghancurkan semuanya. Dihari aku akan mewujudkan harapan dan impian itu, hari yang akan menjadi sejarah terbesar dihidupku, aku begitu bahagia, sangat bahagia, aku akan menikah dengan kekasihku. Aku begitu percaya dengan kekasihku, dan aku sudah sangat yakin kalau dia tidak akan mengulang kenangan-kenangan burukku yang dulu. Tapi tidak kusangka, dia menghancurkan semuanya, dia tidak datang dihari pernikahan itu, dia menghilang entah kemana. Aku terus menunggunya, dan masih menunggunya, berharap dia datang kembali.

Orang-orang yang sambil membawa payung itu, lewat didepan rumahku “kasihan sekali perempuan itu sudah tiga kali dia gagal menikah” , ”iya, ibunya setiap hari menangisinya, perempuan itu tidak pernah mau bicara lagi dengan siapapun, dan masih mengenakan pakaian pengantinnya sejak dua bulan yang lalu hari pernikahannya gagal”

Aku tidak menghiraukannya. Aku kembali melanjutkan kegiatanku, menatap hujan-hujan yang tak kunjung reda ditemani dengan hembusan angin yang dingin itu. Tidak beberapa lama datang seorang laki-laki “Permisi mbak, mau nganter nnggg ini”. Aku hanya menerimanya, sama sekali tidak melihat apa yang diberikannya. Aku tidak mengucapkan satu patah kata dan laki-laki itu langsung pergi. “Siapa itu Tania?” tiba-tiba ibu sudah ada dibelakangku, aku hanya menunjukan yang diberikan laki-laki tadi. “ooh, nganter undangan ya? Yasudah masuk yuk, dingin diluar, nanti kamu sakit.” Aku menurut saja dengan ibuku, aku tidak ingin membuatnya menangis terus.

Ibu mengantarkanku sampai ketempat tidur, menyelimuti diriku, dan mengusap kepalaku sambil mencium keningku dengan hangat ”tidur yang nyenyak ya sayang, selamat malam” aku hanya tersenyum.
Aku teringat dengan undangan tadi, kulihat tertera didepan undangan itu untuk aku, dan huruf yang ditulis tebal D&M menunjukkan orang yang menikah, tiba-tiba jantungku berdegup cepat, entah kenapa. Dan aku membuka isi undangan itu ”Danu Trisaputra dan Mikha Putriyana” tidak sampai sedetik air mataku mengalir deras, kurobek undangan itu penuh emosi. Aku benar-benar kecewa, putus asa, orang yang menghancurkan semua harapanku dan orang yang masih kutunggu kehadirannya kini sudah menikah dengan perempuan lain.
Hidupku kini benar-benar hancur, tidak ada lagi harapan. Buat apa hidup jika tidak ada lagi harapan dan impian? Ck!
Biarlah AKU sang bunga kecil hanyut, hilang, dan mati bersama kenangan, harapan, dan impian yang telah sirna.


(By : Rizka Ilma Amalia)

You Might Also Like

0 komentar:

Sudah selesai membaca? Terima kasih! :)
Komentar, yuk!
Sesungguhnya, sedikit komentar dari kalian akan berpengaruh besar untukku.

Rima bersabda:
"Barang siapa yang memberikan komentarnya dengan tulus dan ikhlas, maka akan dilipatgandakan jumlah viewers blognya."