Kembali

23.26 Rizka Ilma Amalia 31 Comments


Langit jingga terbentang bangga. Menyelimuti malaikat-malaikat kecil penuh pesona. Dipinggiran gang, ada yang menatap bangga sembari bernostalgia.

Adzan Ashar berkumandang. Malaikat-malaikat kecil berlarian menuju rumahnya masing-masing, kecuali gadis itu. Kini terlihat dewasa, sedang menatap malaikat yang berlarian, seolah ia berada di antaranya.

Gang perumahan itu seketika sepi. Mata gadis itu terlihat sendu. Seperti ada yang dirindu. Masa lalu.

***

“Zahra! Ayo pulang. Ngaji dulu,” ucap Ibunya.
“Nanti, Buu, tanggung.”
“Ini udah sore, Zahra. Nanti telat loh!”

Zahra memajukan bibirnya. Menggemaskan. Disegerakannya mandi, salat Ashar, kemudian berangkat. Zahra pamitan, lalu pergi sendirian. teman-temannya sudah berangkat lebih dulu. Zahra selalu saja datang terlambat. Guru dan teman-temannya sudah hafal.

***

Tak beberapa lama kemudian, malaikat-malaikat kecil tadi muncul kembali dari rumahnya. Kini mereka beramai-ramai memakai pakaian berwarna-warni. Tak lupa yang perempuan memakai kerudungnya, laki-laki memakai pecinya. Gadis itu tersenyum. Ia tahu akan ke mana malaikat-malaikat kecil itu. Ia membuntutinya sampai tempat.

TPA Al-Ikhlas.

Belajar mengaji setiap sore, sudah menjadi rutinitasnya ketika kecil. Tempat itu.. Dinding itu.. Meja kayu berukuran kecil dan panjang itu yang menjadi saksinya. Lemari tempat menyimpan Al-Quran itu pun masih ada pada tempat yang sama, kini ia sudah semakin rapuh.. Sama seperti dirinya.

Satu persatu malaikat kecil itu mengaji bergantian. Suara yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran maupun Iqra, meneduhkan hati bagi yang mendengarnya. Perlahan gadis yang bersembunyi di balik pohon itu memejamkan matanya. Meresapi setiap huruf yang terdengar. Menikmati kedamaian.

***

“Habis Ikke aku!” teriak Zahra.
“Ihh, apaan deh. Orang habis Ikke itu Dina. Iyaa kaan, Abi?” tanya Dina sambil bergelayutan dilengan Abi --- panggilan untuk guru ngajinya.
“Aku duluaan. Orang aku udah ngantri dari tadi,” sambar Toni.
“Eh.. Sudah-sudah jangan berantem. Nanti kan kebagian semuanya. Hmm.. Gimana kalau begini saja, yang duduknya paling rapi nanti Abi pilih ngaji duluan.” Setelah sang guru ngaji bilang begitu, anak-anak langsung pada duduk pada tempatnya masing-masing. Teratur. Guru yang cerdas..
“Yak, Zahra duluan,” ucap sang Abi. Yang lain pada bersorak, “Huuuu,” Zahra hanya cengar-cengir lucu.

***

Gadis itu tersenyum, menatap malaikat-malaikat kecil berlarian di halaman masjid. Abi sampai lelah meneriakinya. Mereka diamnya hanya sesaat, kemudian begitu lagi, akhirnya dibiarkan. Abi terlihat sudah semakin tua, gadis itu berkata dalam hatinya.

“Siapa yang mau pulaang?” teriak sang Abi.
“Akuuu!”
“Aku! Akuuu!”
“Ayo duduk yang rapi!” Kemudian malaikat-malaikat kecil itu menurutinya.

Doa pulang menggema dalam masjid. Satu persatu mereka mencium tangan Abi, berpamitan. Gadis itu membenarkan posisinya agar tak terlihat.

***

“Ayo lari! Yang sampe sana duluan, dia yang menang,” ujar Zahra sambil menunjuk satu rumah di ujung sana.
“Ayo! Siapa takut!” kata Ikke. Dan yang lain mengikuti.
Zahra mulai menghitung, “Oke. Satu.. Dua… Tigaaa!”

Serentak semuanya ikut berlari. Zahra yang paling bersemangat. Hingga ia tak melihat ada polisi tidur di depannya. Zahra sukses tersungkur di atas aspal. Teman-temannya langsung berhenti dan menghampiri Zahra. Mereka kira Zahra akan menangis, ternyata tidak. Zahra langsung bangun dan tertawa. Menertawakan kebodohannya. Menertawakan lututnya yang mengeluarkan darah. Menertawakan bayangan Ibu yang akan mengomelinya kesekian kali karena bajunya sobek.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya teman-temannya.
“Nggak apa-apa kok. Hehehe.”
“Hahahaha. Kebiasaan!”

***

Masjid itu kini terlihat sepi. Malaikat-malaikat kecil sudah pada pulang ke rumahnya masing-masing. Tinggal Abi yang berada di dalam sana. Sendirian. Duduk bersila, menghadap kiblat. Jemarinya memegang tasbih, dan bibirnya tak berhenti mengucap istigfar.

Gadis itu menarik napas dan menghembuskannya perlahan, berusaha menguatkan hati. Kemudian melangkah dengan pasti. Ada yang harus segera diselesaikan. Rindu ini. Jika tidak, waktunya akan segera habis. Entahlah, gadis itu merasa Ayah, Ibu, dan Kakaknya akan segera menjemput. Gadis itu sudah siap. Sebentar lagi..

“Abi..”

Pria yang sudah semakin tua itu menoleh pada arah suara yang memanggilnya. Terlihat dari matanya yang seketika membulat, ia terkejut. Posisi duduknya berubah, perlahan ia mulai berdiri, menghampiri gadis itu..

“Zahra…”

“Abi, Zahra minta maaf. Zahra menyesal sudah mengecewakan Ayah, Ibu, Kakak, dan Abi. Ayah, Ibu, dan Kakak sudah pergi. Sekarang Zahra nggak punya siapa-siapa, cuma ada Abi, orang terdekat Zahra. Beri Zahra kesempatan untuk memperbaiki diri, Abi..” ucap Zahra. Suaranya mulai bergetar.

“Abi, Zahra ingin mengaji lagi..”


You Might Also Like

31 komentar:

  1. Zahra, jangan lari-lari dong, hati hati kalo jalan, liat tuh jatuh kan -_-. Haha, keinget masa-masa pas masih main2 di TPA dulu, kalo cowo beda. Lipatin sarung panjang2, kalo udah tebel panjang dilemparin tuh ke temen-temen :v

    Bagus kak ceritanya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Zahra memang ceroboh. Pfft.
      Hahaha. Iya, tuh, ada juga yang begitu. :))
      Terima kasih. :)

      Hapus
  2. Anak perempuan memang selalu menjadi kesayangan ayahnya yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngg.. Iya.. Tapi, Mbak.. Maksudnya bukan begitu. Abi itu guru ngajinya, bukan ayahnya. Hehe. -_-

      Hapus
  3. boleh lah.

    kamu kapan kembali, rim? kembali ke..... (isi sendiri) :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm.. Boljug..

      Nanti. Nunggu Hepi duluan. Rima mah mengalah untuk Hepi. Baik, kan? :p

      Hapus
  4. penyesalan memang selalu datang terlambat ya...
    zhara kok udah nggak jualan sepatu lagi?
    zhara kan biasanya ada di mall2, jualan sepatu sama tas...

    BalasHapus
  5. Ishh ishh . . jadi inget jaman gue masih di TPA dulu . .
    Dari segi cerita agak nggak nangkep sih inti ceritanya, tapi setelah dibaca 3 X . . . tetep aja nggak nangkep . .
    Maafin kebodohan saya rim ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha. Ya udah, emang bikinnya juga lagi setengah sadar. Jadi agak ngaco. Nggak usah dipikirin. :)))

      Hapus
  6. Si Zahra kenak konflik apa sih? Aku kepo nih.. ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi gini, Zahra sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Zahra mungkin sudah menjadi wanita yang negatif. Di saat itu, Zahra termenung akan masa kecilnya yang rajin ngaji. Nah, setelah flashback, Zahra akhirnya memutuskan untuk tobat. Karena hanya Abi ( panggilan guru ngaji ) yang masih hidup dan paling deket sama Zahra. Abi dijadikan panutan hidup lagi. Gitu. IMHO. :)

      Hapus
    2. Iya, Kak.. Yoga hampir bener, sih.. Sebenernya si Zahra juga penyakitan gitu udah mau meninggal. Makanya mau tobat. Ngaco emang. Nggak terlalu dijelasin sih, ya. Maafkan daku manteman~ :))

      Hapus
    3. Uhuk. Baik lah. Sepertinya aku memang gagal paham. Makasih buat penjelasannya ya Yoga en Rimaaaa :D

      Hapus
  7. Kayaknya, lo nulis ini pengalaman banget, ya ? Pengalaman sering menyesal hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue ngakak baca komen lu. :)

      Hapus
    2. Firstan: Anjir. -__- Pulang lewat mane, Tan?

      Yoga: Ngakak juga. :))

      Hapus
  8. Huft... jadi ingat masa-masa TPA, kalau aku mah dulu sering berantem di TPA, soalnya temenku pada suka ngejek, akhirnya habis pulang jotos-jotosan mulu. Tapi, namanya anak-anak, habis jotos-jotosan, besoknya becanda lagi, eh pulangnya jotos-jotosan lagi. Begitu terus, tapi tetep temen sampai sekarang :)

    Hm... ini si Zahra sepertinya punya masa lalu kelam sama orangtua dan guru ngajinya, dan sepertinya sudah mau meninggal dia ini, sebenarnya apa yang membuatnya jadi begitu? Kenapa dia jadi ingin mengaji lagi? Jadi penasaran ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak cowok memang kayak gitu, ya. ._.

      Iya benaaaar! Hahaha. Yah, maaf, ya bikin penasaran. Mungkin kalo mood nanti dibikin part 2-nya aja. Biar nggak pada penasaran. -___-
      Maafkan aku. Hahak.

      Hapus
  9. Aduh, jadi ini alur ceritanya mundur ya? Sorry gagal paham :D

    Jadi inget masa TPA waktu kecil dulu. Sebelum TPA kita main berantem-beranteman dulu sampe ada yang nangis. Main bola, main petak umpet. Aduh, jadi inget masa kecil :(

    BalasHapus
  10. Jadi inget pas kecil ngajinya di masjid.. itu zahranya emang yang kebanyakan tingkah apa gimana bisa robek berkali-kali bajunya

    Penasaran sih keluarganya meninggalkan zahra karena pergi ninggalin zahra begitu aja. Atau keluarganya meninggal? Terus di komen bilang zahra penyakitan. Penasaran nih ada lanjutannya gak?

    BalasHapus
  11. Jangan lari-lari dong,tar jatuh, tuhkan jadinya jatuh, untungnya gak jatuh gara-gara cinta. (ah ini apaan sih, kenapa jadi bawa-bawa cinta segala).

    Eh ini konfliknya, si zahra udah jadi yatim piatu ya, udah gak punya siapa-siapa lagi, dan kini si zahra kecil hidup sebatang kara dengan seorang gurunya ngajinya ?

    BalasHapus
  12. selain judulnya "KEMBALI" ini coock juga kalau dibuat judulnya "TOBATNYA SI ZAHRA" biar lebih dramatis.
    Masa-masa kecil dihiasi dengan mengaji itu adalah hal terindah dibanding masa kecil dihiasi dengan sinetron vampire gagal gaul

    BalasHapus
  13. Apik, dan oh, aku suka Zahra :))) Cum aku menemukan beberapa plot bolong deh, tp nanti deh kapan kapan kita bahas ya.

    BalasHapus
  14. baca ini jadi bernostalgia masa kecil dulu deh. dulu itu kalo sore pasti udah rapi mau berangkat ke TPA. di TPA pun juga gitu, waktu baca doa, semuanya baca dengan keras seolah-olah nggak mau kalah. ahh, masa-masa itu.

    jadi cerita diatas ini alurnya habis mundur terus maju lagi gitu kah? aku kok nggak nangkap yang endingnya itu gimana...

    tapi udah keren kok. udah bisa menciptakan cerita yang membuat pembaca bisa bernostalgia ke masa kecilnya lagi. kerenn.

    BalasHapus
  15. saya sudah baca hampir 3 kali tapi belum ngerti juga sama isi ceritanya.yang saya tangkap hanya zahra pengen kembali ngaji seperti waktu dia kecil :D

    BalasHapus
  16. Ada yang tersirat, ya? Dan kayaknya aku tau. *peluk :)

    BalasHapus
  17. Wah sekarang isinya kebanyakan cerpen kayak gini ya. Bagus nih. \(w)/

    BalasHapus
  18. Cerpennya bagus cc...itu kalau nggak salah menafsir di akhir cerpen itu zahra ingin mengaji lagi ya?? keluarganya sudah meninggak dan tinggal ibunya seorang??? Pilihan diksinya keran dan langsung kena di hati...walo alurnya sederhana tapi diracik dengan mempesona..hihi..bagus pokoknya.

    BalasHapus

Sudah selesai membaca? Terima kasih! :)
Komentar, yuk!
Sesungguhnya, sedikit komentar dari kalian akan berpengaruh besar untukku.

Rima bersabda:
"Barang siapa yang memberikan komentarnya dengan tulus dan ikhlas, maka akan dilipatgandakan jumlah viewers blognya."