"KRAAAAAAK" Sebentar Lagi...

17.29 Rizka Ilma Amalia 19 Comments



Bagai setetes embun yang jatuh pada tanah.
Tak berarti.
Mungkin seperti itu aku bagimu.

Udah baper banget belum kalimat pembukanya? Oh, belum, ya? Ya udah. Nggak usah baper-baperlah. #SiniPeluk

Sebenarnya isi postingan ini nggak ada hubungannya sama kalimat pembuka tadi. Kali ini aku mau cerita horor. Perlu iman yang kuat untuk baca cerita ini. Untuk yang nggak kuat imannya, mending langsung close aja. Nggak apa-apa nggak kuat iman, yang penting kuat syah.. syah…

Syahadatnya.

Sabtu pagi yang agak cerah dan tidak membuat diri bergairah. Namun, apalah daya.. Diri ini harus terus melangkah. Hahah. Aku harus segera mandi. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi. Aku masuk dan kututup pintunya. Aku sensor bagian membuka pakaian. Langsung saja, saat kuputar kepala kerannya... Aku terkejut! Nggak ada yang keluar dari sana. Gaib! Horor abis..

Aku berusaha berpikir jernih. Setelah aku selidiki, aku baru sadar, ternyata yang kuputar itu bukan kepala keran, tapi kepala rumah tangga. Pantas saja...

Setelah rapi, aku langsung pergi survey tempat untuk observasi. Tempatnya di Pandeglang. Lagi-lagi partner-nya Hanum. Kami sampai disangka pacaran karena terlalu sering bareng. Padahal, mah, emang iya.

Nggak, deh. Bercanda. Hanum udah punya guardian angel-nya. Tapi, kalau ada yang berminat nikung, boleh kok. Itu hak kalian. Aku nggak melarang.

Jadi, sebenarnya kami pergi bertiga. Satu lagi namanya Hengky.
Hengky Kurniawan. Yang baru nikah kemarin. Ya sudah, sebut saja namanya Hengky. Padahal emang namanya Hengky, sih. :/

Kami janjian pergi jam 7 pagi. Karena suasananya lebih enak, sejuk, dan menenangkan hati yang tersakiti. Kalau siang udah butek. Aku sama Hanum mengakui kalau kami ngaret. Jam 8 kami baru sampai di tempat janjian ketemu, tapi ternyata Hengky lebih ngaret karena suatu hal. Jam 10 kami baru ketemu dan langsung berangkat menuju Pandeglang.

Baru saja memasuki tugu “Selamat datang di Pandeglang”, tiba-tiba motor terasa oleng. Hanum pun membawa motor ke pinggiran, pas di depan tambal ban. Aku yang dibonceng melihat ban belakang, ternyata benar saja, kempes parah. Otak aku mulai negative thinking. “Num, jangan-jangan karena paku,” bisikku sepelan mungkin. Tapi tidak. Ternyata pas dibuka, ban dalamnya robek. Nggak paham itu kenapa. Ya Allah, mana bukan motor sendiri pula. Mau nggak mau, ya, harus diganti. Aku kira bisa ditambal, ternyata nggak bisa. Aku kira aku bisa meminimalisir pengeluaran, ternyata malah harus mengeluarkan biaya lebih. Saat aku mau mengambil dompet di tas, ada hawa-hawa mistis yang mengelilingiku. Merinding. Dan saat dompet dibuka… Yak. Isinya lebih seram dari tulisan skripsi yang tak kunjung selesai. Innalillahi…

Memasuki jalan menuju tempat observasi. Luar biasa… Ternyata jalannya menanjak. Naik gunung. Mending jalannya bagus, ini mah lebih dari bagus. Dengan bensin yang tinggal dua kotak lagi, kami hadapi tanjakan dan tikungan-tikungan itu. Hengky sialan! Nggak bilang-bilang kalau jalannya begini, batinku.

Makin tinggi, udara di sekitar mulai terasa sejuk. Hmm.. Asik juga, pikirku.

Sampai di tujuan, di rumah Bu Mariam, yang memiliki usaha home industry produk olahan dari talas beneng. Oh iya, FYI aja, talas beneng cuma ada di Pandeglang.
Rumah Bu Mariam ini sederhana, terasa sejuk dan nyaman. Disuguhkannya kami dengan tiga gelas air mineral. Obrolan mengenai talas beneng dan izin untuk melakukan observasi pun dimulai. Akhirnya kesepakatan dibuat, hari Minggu kami melakukan observasinya.

Sebelum pulang, kami diajak ke tempat penanaman talas beneng-nya. Jalannya lagi-lagi lumayan ekstrim, tanah yang gembur dan miring.
“Ibu, hati-hati turunnya,” kataku.
“Udah biasa,” kata Bu Mariam sedikit berteriak, karena posisi beliau sudah di bawah duluan.
“Ibunya udah biasa kali, Rim. Harusnya lo tuh yang hati-hati,” si Hanum menimpali.
“Oh iya. Hahahaha.”

Maklum. Aku mah suka gitu orangnya. Khawatir berlebih. Hehe. He.
Yang berlebihan emang nggak baik.

Pulang. Berhubung jalan pulangnya turunan, mesin motor sengaja kami matikan. Hemat bensin. Besin sekarat pemirsaaah~

Di jalan raya, mesin dihidupkan kembali. Keadaan bensin yang sudah di kotak merah, membuat aku dan Hanum kelabakan mencari pom bensin.

Pom bensin pertama, ia terlewati begitu saja.
“Num, kok nggak masuk situ?”
“Itu di seberang kanan, Rim. Yang kiri aja.”

Pom bensin yang kedua, ia terlewati lagi.
“Num, itu tadi barusan di kiri pom bensin, kan?”
“Oh iya, lupa!”
“Hahaha. Dasar ketularan jadi pelupa, Num?”
“…”

Pom bensin yang ketiga, lewat lagi.
Dari belakang, Hengky berteriak di motornya, “Katanya mau beli bensin? Kok nggak berhenti?”
“Lupaa,” teriakku. Hengky langsung menyalib motor kami, dan berada di depan.
“Num, pokoknya jangan lupa lagiiii. Saya nggak mau dorong motornyaa,” aku merengek.
“Hahaha. Nggak apa-apa, Rim. Biar Hengky yang dorong motornya. Biar dia ada kerjaan.”

Hanum emang lagi stress.

Di sebelah kanan, aku melihat tulisan Pertamina. “Num, itu, kanaaan. Udah, nggak apa-apa nyeberang.” Hanum pun ambil ancang-ancang mau nyebrang, tapi dari depan diklakson sama Hengky, memberi isyarat untuk tetap jalan. Aku nggak ngerti. Hanum pun menurut saja.

Ternyata jalan sedikit, di sebelah kiri ada pom bensin lagi. Kali ini nggak kelewatan, berkat isyarat Hengky.
“Ngapain tadi berhenti? Mau ngisi pake gas?” kata Hengky.
“Hah?”
“Iya, itu tadi yang di sebelah kanan dikira pom bensin, ya?”
“Emang iya, kan? Tulisannya tadi Pertamina,” kataku.
“Bukan. Dikira Pertamina cuma bensin aja apa? Itu tadi SPBE. Tempat pengisian gas. HAHAHA.”
“Oh, ya? Pantesan tadi sepi, ya, Num. HAHAHA,” aku tertawa ngakak. Menutupi kemaluan. Eh, maksudku menutupi rasa malu.

Sampai di kostan. Aku turun dari motor, lalu membuka pagar. Terasa sulit. Sial, biasanya aku nggak selemah ini, batinku. Aku pun mendorong dengan sekuat tenaga.

“KRAAAAAAAK”

Jantungku berdegub kencang. Anjir. Suara itu… Suaranya udah nggak asing lagi.

Benar saja. Aku dan Hanum menyaksikan kepala pel-lan yang sengaja dijemur olehku di pagar, menggelinding ke bawah.

“HUWAAAAAH! PEL-LANNYA, NUMEEE! HUWAAAAAH! PUNYA IBU KOST, PATAAAH!”

Satu barang kostan pun gugur kembali. Dan lagi-lagi aku pelakunya…

Rima, bersiaplah. Mungkin sebentar lagi kamu bakal di-DO dari kostan.

Sekian cerita horornya. Horor banget, kan? Huft. :((
Selamat buat kamu yang udah baca sampai sini. Berarti iman kamu kuat. :))

***

Oh iya, ini dokumentasi dari observasi di hari Minggu.

 
Brownies Beneng

Donat Beneng

Ikut nyobain buat donat.
Ternyata mudah. Bolehlah dipraktekin. :))


Sekian. Terima kasih. \o/


You Might Also Like

19 komentar:

  1. Ihhhh jadi merinding deh baca postingan ini .. awas aja ntar gagang pelnya marah dan penasaran, trus ngehantui lo setiap malem . .
    KAMPRET .. nggak ada horor2nya, udah siap tegang padahal ,, e gimana . .??

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAHAHAHA. Ini komentar paling kampret. :(
      Tegang? Maksudnya tegangan listrik, kan? *positive thinking*

      Hapus
  2. terlepas dari bunyi krak dan pengalaman bersama hengky kurniawan #eh..
    aku liat hasil brownisnya aja, biasanya yang item lebih enak --sodorin piring..

    BalasHapus
  3. Gagal paham sama tulisannya yang panjang, lebih tertarik sam gif bikin brownies sama donat. Boleh lempar kesini kak? Gue lagi laper! :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Ya udah, nggak usah dipahami. Nggak penting kok. :))
      Udah habis. Huaha~

      Hapus
  4. "Dan menenangkan hati yang tersakiti."

    Seolah-olah gue penjahat banget. Tapi emang iya, sih. :))

    Oiya, mau nanya, cerita horor ini, lucunya di mana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau banget jadi penjahat? Ngarep. :))

      Nggak ada lucunya doong~ HAHAHAHA. \o/
      Nggak bakat nulis cerita lucu. Nulis random aja apa yang mau ditulis. Yang penting nulis, kan? :)

      Hapus
    2. Selamat malaaaam.. Ada kah yang ingin matanya terpejam, saat lampu pijar tak kunjung temaram? :P

      Hapus
  5. kepala rumah tangga diputer-puter...kamu mandi ama siapa sih, Rim?

    Cerita pel patanhya horor banget, tapi aku kok gak ketawa, ya? :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama bapak kost.

      Elah. Emang kagak ada lucunyeeee, kue cucur! Minta dimakan banget dah.T_T

      Hapus
  6. Apalah itu kepala keluarga diputer. :D Lucu juga ceritanya. Bisa ya kamu nulis absurd begini. Btw, brownies item kayaknya enak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe. Serius, ah, Kak. Jelas-jelas dua orang di atas bilang nggak lucu. Dan emang nggak lucu, sih. Huahahaha. -_-
      Kalo garing, iya. ._.
      Tapi makasih komentarnya, Kak. :D
      Iya. Emang enak, Kak. Padahal kemarin aku bawa, tapi lupa nawarin. Wakakaka. XD

      Hapus
  7. Selera humorku yang rendah apa emang lucu ya, aku ngakak pas muternya ternyata kepala rumah tangga :'(

    Kayaknya yang bikin ban bocor itu bukan paku atau apapun yang bisa menyayat bannya. Tapi kesialan Kak Rim yang bikin ban itu robek. *ampun*

    BalasHapus
  8. Biarlah Yoga bilang gak lucu, dia emang jahat Rim. Tp lucu ko apalagi pas lu ketawa nutupin kemaluan HAHA

    BalasHapus
  9. Anu. aku njaluk panganane wae lah ya.. :D

    BalasHapus
  10. Ngga papa gagang pel yang patah Rim, asal jangan hati. Hiks. :'

    BalasHapus
  11. .Mau browniesnya dong mbak. :D

    BalasHapus
  12. ngakak bacanya mbak hahaha. mbak ini kayaknya doyan posting gambar makanan ya

    BalasHapus

Sudah selesai membaca? Terima kasih! :)
Komentar, yuk!
Sesungguhnya, sedikit komentar dari kalian akan berpengaruh besar untukku.

Rima bersabda:
"Barang siapa yang memberikan komentarnya dengan tulus dan ikhlas, maka akan dilipatgandakan jumlah viewers blognya."