"KRAAAAAAK" Sebentar Lagi...
Bagai setetes
embun yang jatuh pada tanah.
Tak
berarti.
Mungkin
seperti itu aku bagimu.
Udah baper banget belum
kalimat pembukanya? Oh, belum, ya? Ya udah. Nggak usah baper-baperlah. #SiniPeluk
Sebenarnya isi postingan
ini nggak ada hubungannya sama kalimat pembuka tadi. Kali ini aku mau cerita
horor. Perlu iman yang kuat untuk baca cerita ini. Untuk yang nggak kuat
imannya, mending langsung close aja.
Nggak apa-apa nggak kuat iman, yang penting kuat syah.. syah…
Syahadatnya.
Sabtu pagi yang agak
cerah dan tidak membuat diri bergairah. Namun, apalah daya.. Diri ini harus
terus melangkah. Hahah. Aku harus segera mandi. Kulangkahkan kaki menuju kamar
mandi. Aku masuk dan kututup pintunya. Aku sensor bagian membuka pakaian.
Langsung saja, saat kuputar kepala kerannya... Aku terkejut! Nggak ada yang
keluar dari sana. Gaib! Horor abis..
Aku berusaha berpikir jernih. Setelah aku selidiki, aku baru sadar,
ternyata yang kuputar itu bukan kepala keran, tapi kepala rumah tangga. Pantas saja...
Setelah rapi, aku
langsung pergi survey tempat untuk observasi.
Tempatnya di Pandeglang. Lagi-lagi partner-nya
Hanum. Kami sampai disangka pacaran karena terlalu sering bareng. Padahal, mah,
emang iya.
Nggak, deh. Bercanda.
Hanum udah punya guardian angel-nya.
Tapi, kalau ada yang berminat nikung, boleh kok. Itu hak kalian. Aku nggak
melarang.
Jadi, sebenarnya kami
pergi bertiga. Satu lagi namanya Hengky.
Hengky Kurniawan. Yang
baru nikah kemarin. Ya sudah, sebut saja namanya Hengky. Padahal emang namanya
Hengky, sih. :/
Kami janjian pergi jam
7 pagi. Karena suasananya lebih enak, sejuk, dan menenangkan hati yang
tersakiti. Kalau siang udah butek. Aku sama Hanum mengakui kalau kami ngaret.
Jam 8 kami baru sampai di tempat janjian ketemu, tapi ternyata Hengky lebih
ngaret karena suatu hal. Jam 10 kami baru ketemu dan langsung berangkat menuju
Pandeglang.
Baru saja memasuki tugu
“Selamat datang di Pandeglang”, tiba-tiba motor terasa oleng. Hanum pun membawa
motor ke pinggiran, pas di depan tambal ban. Aku yang dibonceng melihat ban
belakang, ternyata benar saja, kempes parah. Otak aku mulai negative thinking. “Num, jangan-jangan
karena paku,” bisikku sepelan mungkin. Tapi tidak. Ternyata pas dibuka, ban
dalamnya robek. Nggak paham itu kenapa. Ya Allah, mana bukan motor sendiri pula.
Mau nggak mau, ya, harus diganti. Aku kira bisa ditambal, ternyata nggak bisa. Aku
kira aku bisa meminimalisir pengeluaran, ternyata malah harus mengeluarkan
biaya lebih. Saat aku mau mengambil dompet di tas, ada hawa-hawa mistis yang
mengelilingiku. Merinding. Dan saat dompet dibuka… Yak. Isinya lebih seram dari
tulisan skripsi yang tak kunjung selesai. Innalillahi…
Memasuki jalan menuju
tempat observasi. Luar biasa… Ternyata jalannya menanjak. Naik gunung. Mending jalannya
bagus, ini mah lebih dari bagus. Dengan bensin yang tinggal dua kotak lagi,
kami hadapi tanjakan dan tikungan-tikungan itu. Hengky sialan! Nggak bilang-bilang kalau jalannya begini, batinku.
Makin tinggi, udara di sekitar
mulai terasa sejuk. Hmm.. Asik juga,
pikirku.
Sampai di tujuan, di
rumah Bu Mariam, yang memiliki usaha home
industry produk olahan dari talas beneng. Oh iya, FYI aja, talas beneng cuma
ada di Pandeglang.
Rumah Bu Mariam ini sederhana,
terasa sejuk dan nyaman. Disuguhkannya kami dengan tiga gelas air mineral. Obrolan
mengenai talas beneng dan izin untuk melakukan observasi pun dimulai. Akhirnya kesepakatan
dibuat, hari Minggu kami melakukan observasinya.
Sebelum pulang, kami
diajak ke tempat penanaman talas beneng-nya. Jalannya lagi-lagi lumayan
ekstrim, tanah yang gembur dan miring.
“Ibu, hati-hati
turunnya,” kataku.
“Udah biasa,” kata Bu
Mariam sedikit berteriak, karena posisi beliau sudah di bawah duluan.
“Ibunya udah biasa
kali, Rim. Harusnya lo tuh yang hati-hati,” si Hanum menimpali.
“Oh iya. Hahahaha.”
Maklum. Aku mah suka gitu
orangnya. Khawatir berlebih. Hehe. He.
Yang berlebihan emang
nggak baik.
Pulang. Berhubung jalan
pulangnya turunan, mesin motor sengaja kami matikan. Hemat bensin. Besin
sekarat pemirsaaah~
Di jalan raya, mesin
dihidupkan kembali. Keadaan bensin yang sudah di kotak merah, membuat aku dan
Hanum kelabakan mencari pom bensin.
Pom bensin pertama, ia
terlewati begitu saja.
“Num, kok nggak masuk
situ?”
“Itu di seberang kanan,
Rim. Yang kiri aja.”
Pom bensin yang kedua,
ia terlewati lagi.
“Num, itu tadi barusan di
kiri pom bensin, kan?”
“Oh iya, lupa!”
“Hahaha. Dasar
ketularan jadi pelupa, Num?”
“…”
Pom bensin yang ketiga,
lewat lagi.
Dari belakang, Hengky
berteriak di motornya, “Katanya mau beli bensin? Kok nggak berhenti?”
“Lupaa,” teriakku. Hengky
langsung menyalib motor kami, dan berada di depan.
“Num, pokoknya jangan
lupa lagiiii. Saya nggak mau dorong motornyaa,” aku merengek.
“Hahaha. Nggak apa-apa,
Rim. Biar Hengky yang dorong motornya. Biar dia ada kerjaan.”
Hanum emang lagi
stress.
Di sebelah kanan, aku
melihat tulisan Pertamina. “Num, itu, kanaaan. Udah, nggak apa-apa nyeberang.” Hanum
pun ambil ancang-ancang mau nyebrang, tapi dari depan diklakson sama Hengky, memberi
isyarat untuk tetap jalan. Aku nggak ngerti. Hanum pun menurut saja.
Ternyata jalan sedikit,
di sebelah kiri ada pom bensin lagi. Kali ini nggak kelewatan, berkat isyarat
Hengky.
“Ngapain tadi berhenti?
Mau ngisi pake gas?” kata Hengky.
“Hah?”
“Iya, itu tadi yang di
sebelah kanan dikira pom bensin, ya?”
“Emang iya, kan?
Tulisannya tadi Pertamina,” kataku.
“Bukan. Dikira
Pertamina cuma bensin aja apa? Itu tadi SPBE. Tempat pengisian gas. HAHAHA.”
“Oh, ya? Pantesan tadi
sepi, ya, Num. HAHAHA,” aku tertawa ngakak. Menutupi kemaluan. Eh, maksudku
menutupi rasa malu.
Sampai di kostan. Aku turun
dari motor, lalu membuka pagar. Terasa sulit. Sial, biasanya aku nggak selemah ini, batinku. Aku pun mendorong dengan
sekuat tenaga.
“KRAAAAAAAK”
Jantungku berdegub
kencang. Anjir. Suara itu… Suaranya udah
nggak asing lagi.
Benar saja. Aku dan
Hanum menyaksikan kepala pel-lan yang sengaja dijemur olehku di pagar,
menggelinding ke bawah.
“HUWAAAAAH! PEL-LANNYA,
NUMEEE! HUWAAAAAH! PUNYA IBU KOST, PATAAAH!”
Satu barang kostan pun
gugur kembali. Dan lagi-lagi aku pelakunya…
Rima, bersiaplah. Mungkin
sebentar lagi kamu bakal di-DO dari kostan.
Sekian cerita horornya.
Horor banget, kan? Huft. :((
Selamat buat kamu yang udah baca sampai sini. Berarti iman kamu kuat. :))
***
Oh iya, ini dokumentasi
dari observasi di hari Minggu.
Donat Beneng |
Ikut nyobain buat donat. Ternyata mudah. Bolehlah dipraktekin. :)) |
Sekian. Terima kasih. \o/
Ihhhh jadi merinding deh baca postingan ini .. awas aja ntar gagang pelnya marah dan penasaran, trus ngehantui lo setiap malem . .
BalasHapusKAMPRET .. nggak ada horor2nya, udah siap tegang padahal ,, e gimana . .??
HAHAHAHA. Ini komentar paling kampret. :(
HapusTegang? Maksudnya tegangan listrik, kan? *positive thinking*
terlepas dari bunyi krak dan pengalaman bersama hengky kurniawan #eh..
BalasHapusaku liat hasil brownisnya aja, biasanya yang item lebih enak --sodorin piring..
Tolong ngantri, ya, Mbak..
HapusGagal paham sama tulisannya yang panjang, lebih tertarik sam gif bikin brownies sama donat. Boleh lempar kesini kak? Gue lagi laper! :v
BalasHapusHahaha. Ya udah, nggak usah dipahami. Nggak penting kok. :))
HapusUdah habis. Huaha~
"Dan menenangkan hati yang tersakiti."
BalasHapusSeolah-olah gue penjahat banget. Tapi emang iya, sih. :))
Oiya, mau nanya, cerita horor ini, lucunya di mana?
Mau banget jadi penjahat? Ngarep. :))
HapusNggak ada lucunya doong~ HAHAHAHA. \o/
Nggak bakat nulis cerita lucu. Nulis random aja apa yang mau ditulis. Yang penting nulis, kan? :)
Selamat malaaaam.. Ada kah yang ingin matanya terpejam, saat lampu pijar tak kunjung temaram? :P
Hapuskepala rumah tangga diputer-puter...kamu mandi ama siapa sih, Rim?
BalasHapusCerita pel patanhya horor banget, tapi aku kok gak ketawa, ya? :|
Sama bapak kost.
HapusElah. Emang kagak ada lucunyeeee, kue cucur! Minta dimakan banget dah.T_T
Apalah itu kepala keluarga diputer. :D Lucu juga ceritanya. Bisa ya kamu nulis absurd begini. Btw, brownies item kayaknya enak.
BalasHapusHehehe. Serius, ah, Kak. Jelas-jelas dua orang di atas bilang nggak lucu. Dan emang nggak lucu, sih. Huahahaha. -_-
HapusKalo garing, iya. ._.
Tapi makasih komentarnya, Kak. :D
Iya. Emang enak, Kak. Padahal kemarin aku bawa, tapi lupa nawarin. Wakakaka. XD
Selera humorku yang rendah apa emang lucu ya, aku ngakak pas muternya ternyata kepala rumah tangga :'(
BalasHapusKayaknya yang bikin ban bocor itu bukan paku atau apapun yang bisa menyayat bannya. Tapi kesialan Kak Rim yang bikin ban itu robek. *ampun*
Biarlah Yoga bilang gak lucu, dia emang jahat Rim. Tp lucu ko apalagi pas lu ketawa nutupin kemaluan HAHA
BalasHapusAnu. aku njaluk panganane wae lah ya.. :D
BalasHapusNgga papa gagang pel yang patah Rim, asal jangan hati. Hiks. :'
BalasHapus.Mau browniesnya dong mbak. :D
BalasHapusngakak bacanya mbak hahaha. mbak ini kayaknya doyan posting gambar makanan ya
BalasHapus