UAS (Ujian Agak Serius)
Apa pun yang terjadi,
kamu jangan baca postingan ini. Cukup sampai pada kalimat ini saja. Sekian. Jangan
dilanjutkan. Serius. Ini bukan postingan penting. Nggak berguna sama sekali. Tulisan
ini dibuat supaya tetap kosisten pada resolusi, minimal 4 postingan per bulan. Hina,
ya? Biarin. Entah ini nulis apa, yang penting menulis. Hahaha.
Udah aku bilang, jangan
dilanjutkan membacanya. Langsung ke kolom komentar aja. Entah kamu mau nulis
apa di sana, kalau nggak mau juga nggak apa-apa. Nggak maksa. Bagi kamu yang
tetap mau membaca tulisan ini, aku kasih sedikit cerita saja tentang UAS-ku.
Dua minggu ini aku
dilanda UAS. Bahkan sampai hari ini pun aku masih menghadapi UAS.
UAS
pasti berlalu~
UAS
pasti berlalu~
UAS
pasti berlalu~
Tulisan ini pun dibuat
sambil nyolong waktu disela-sela lagi merangkum materi Pembangunan Pertanian. Aku
berniat nggak tidur. Aku lebih milih nggak tidur daripada nggak bisa
mengerjakan soal-soal nanti. Cukup di mata kuliah Ekonomi Makro. Mata kuliah
satu itu sudah dua kali membuatku pulang ke kostan dengan titik air di ujung
mata. Menyebalkan. Lebih menyebalkan daripada mata kuliah Ekonometrika.
UAS Ekonometrika hari
Senin yang lalu, aku tidak belajar banyak. Serius. Aku hanya membaca beberapa
menit, kemudian tertidur. Aku kelelahan, karena habis pulang pergi dari Serang –
Kemang. Lain kali aku ceritakan.
Sebenarnya aku pergi
sambil membawa catatan. Namun apa daya, mata kuliah itu memang sulit,
membacanya sebentar membuatku mengantuk dan tidak ada yang kumengerti sama
sekali. :(
Sampai di kostan, jam
menunjukkan pukul 12 malam. Aku tidak sanggup membaca materi lagi. Kuputuskan untuk
belajar sehabis sahur dan salat subuh. Namun, mata berkehendak lain. Mata ini
tidak sanggup terjaga lebih lama lagi, entah di menit keberapa mata ini pulas
tertidur. Aku tak berdaya. Satu jam sebelum UAS Ekonometrika dimulai, aku
terbangun. Anehnya aku tidak panik dan tidak deg-degan sama sekali. Biasanya, kalau
perasaanku nggak enak, pasti akan terjadi sesuatu hal yang buruk sama UAS-nya,
begitu pun sebaliknya. Firasatku seringkali benar.
Sampai di ruang ujian. Seperti
biasa, aku datang terlambat. Semua sudah dibagikan soal serta kertas jawaban. Aku
pun dipersilahkan masuk. Pengawas memberikanku soal serta kertas jawabannya. Pengawas
membacakan peraturannya. Dan saat di poin ‘Tidak boleh membuka buku atau
catatan dalam bentuk apa pun’ anak-anak langsung heboh. Soalnya, setahu
anak-anak, UAS mata kuliah ini diperbolehkan open book. Terjadi perdebatan sebentar, namun perdebatan itu
dimenangkan oleh pengawas.
Aku berdoa, dilanjutkan
dengan membaca soal. Allahuakbar. Allah
Maha Besar. Tiga soal yang sangat mudah sekali… mudah untuk dibaca. Kalau untuk
dijawab, InsyaAllah… Jika Allah
menghendaki…
Hah.
Bilang aja nggak bisa, Rim!
IYAAAA. AKU NGGAK BISA
JAWAB SAMA SEKALI. PUAS?! :(
Menit pertama, aku
menulis nama, NIM, dan sebagainya.
Menit kedua, aku
menulis arab Bismillaahirrahmaannirrahiim
di ujung atas. Sebagai jimat. Sekaligus biar kertas jawabanku tidak
terlihat kosong sama sekali. Hehe.
Menit ketiga, pengawas
keliling membawa absen. Saat di mejaku, terjadi percakapan antara aku dan bapak
pengawas yang terhormat.
“Masih kosong? Mana
jawabannya?”
“Ini, Pak,” kataku
sambil menunjuk tulisan arab itu.
“Itu bukan jawaban..”
“Jawabannya ada, kok,
Pak. Tapi, hanya orang-orang beriman yang dapat melihatnya.”
Setelah percakapan itu,
bapak pengawas itu terus-terusan melihat ke arah mejaku. Entahlah, mungkin itu karena
aku manis dan menggemaskan. Tapi, hal itu bikin aku kesal, aku jadi tidak bisa
berkutik sama sekali. Sial. Aku pun sok-sok mencoret-coret kertas dan
memencet-mencet kalkulator. Alhasil, kertas jawabanku dihiasi dengan
arsiran-arsiran yang tidak ada seninya sama sekali, dan gambar yang tidak ada
hubungannya dengan mata kuliah hitung-hitungan. Rima kreatifnya memang
keterlaluan. Eh? Emang itu bisa disebut kreatif? :/
Waktu UAS 90 menit. Baru
menit ke 30, seorang temanku ada yang menyerah. Ia meninggalkan kertas
jawabannya di meja dan pamit keluar. Waktu pengawas mengambil kertas jawaban
temanku itu, ternyata tidak ada isinya. Hanya beberapa kalimat saja. Ppffft.
Pikiran-pikiran hina
pun bermunculan.
Apa
aku kosongkan saja kertas jawaban ini, ya? Dan pergi keluar kayak Beben tadi?
Tapi,
kalau aku kumpulkan kertas kosong begini, nanti dapet nilai apa, ya?
Kira-kira
bakal ngulang tahun depan nggak?
Kalau
ngulang, nanti lulusnya makin lama, dong?
Terus,
kalau lulusnya makin lama, kapan aku menikahnya?
…
Pikiranku makin ngaco. Akhirnya
aku memilih untuk tetap bertahan. Bertahan untuk menjawab soal. Saat itu aku
berpikir, aku tidak boleh menyerah sebelum berperang. Aku harus berusaha
terlebih dahulu. Setidaknya aku sudah berusaha dan mencoba menjawab soal sebisaku.
Hingga saat 10 menit
lagi kertas jawaban harus dikumpulkan, sang bapak pengawas yang terhormat itu
mengumumkan sesuatu yang mengejutkan.
“Bapak minta maaf, ini
ada informasi baru, bahwa UAS Ekonometrika diperbolehkan membuka buku catatan…”
Belum selesai pengawas
itu berbicara, aku dan teman-teman yang lain langsung ke depan mengambil
catatan di tas masing-masing. Waktu yang mepet dan masih banyak yang belum
terjawab, memaksaku untuk menulis dengan lebih cepat. Tulisanku yang jelek,
makin terlihat jelek. Bersyukur masih bisa dibaca. Di tengah-tengah mengejar
waktu, sang bapak pengawas yang terhormat itu berkata lagi dengan lantangnya.
“Yang mukanya lemes,
sekarang pada seger lagi, ya..” Kami semua tertawa.
“Itu si enengnya
semangat banget nulisnya. Lancar, ya.. Tadi, gambar-gambar apa di kertas?”
Jelas sekali kalimat itu ditujukan padaku. Aku hanya meringis.
Wahai
bapak pengawas yang terhormat… Sudah pernahkah anda disunat pakai gunting kuku?
Menyebalkan.
Waktu pun sudah habis,
tetapi aku belum menjawab pertanyaan nomer 3 sampai selesai. Mau tidak mau, aku
harus mengumpulkannya. Menyesakkan.
Aku pun keluar kelas
dengan wajah ceria. Iya. Aku sudah janji dengan diriku sendiri; apa pun yang
terjadi nggak boleh baper, nggak boleh emosi, karena nggak belajar dan nggak
bisa mengerjakan soal itu pilihan aku.
Ya, begitulah sedikit
cerita mengenai UAS-ku. Banyak cerita absurd lainnya tentang UAS, belum lagi
yang aku harus bolak-balik memasuki tiap ruang kelas, karena aku tidak tahu
ruang ujianku dimana. Entahlah. Aku juga bingung, pasti ada aja hal-hal aneh
yang aku alami. Apakah ini sebuah kutukan? Ataukah ini yang dinamakan cinta? Teucing.
Bagaimana dengan UAS-mu?
Pernah mengalami hal yang serupa? Atau punya pengalaman mengesankan lainnya
mengenai UAS? Coba diingat-ingat lagi.. Kalau sudah ingat, cerita, yuk, di
kolom komentar. :)
Ya udah. Sekian dulu,
ya. Aku mau lanjut merangkum. Jam 8 pagi aku harus UAS lagi. HUWAAAAA~ Doakan
aku, yaa. Semoga diberi kemudahan dan kelancaran. Aamiin!
BHAY~
ciyeee rima uas ciyeee.... harus pokus yak jangan leye-leye :p Semangat
BalasHapusSiaaaap Kakaak! Terima kasih. :)
HapusKasihan sekali teman yang pergi meninggalkan ruangan dengan jawaban kosong. Dia tidak tahu kalau 10 menit terakhir ada babak bonus. Halah.
BalasHapus“Bapak minta maaf, ini ada informasi baru, bahwa UAS Ekonometrika diperbolehkan membuka buku catatan…”
BalasHapussepertinya itu ada konspirasi secara masif? apalah?
Pernah waktu UAS, aturan mainnya harus menjawab sesuai atau bahkan sama persis seperti di buku. Sistem hafalan gitu.
Alhasil ini mematikan kreatifitas gue dalam mengarang asal jawaban. Dan terpaksa gue harus bermain kotor. :(
ini UAS apa nyalin dari buku catatan -_-
BalasHapusKsian si Beben. :(
BalasHapusYah kasihan :(
BalasHapuskutau rim gimana rasanya ekonometrika tuh, karena aku juga dulu dpt matkul itu...hiks
BalasHapusklo abis ujian rasanya mang gajelas abis, mau nangis or ketawa berkat ekonometrika tuh hahhaa
ngenes banget deh kalau ada pengawas yang lihatin mulu jadi engga konsen ngisinya juga
BalasHapussemoga hasil UAS nya memuaskan :') gue belum uas ini.
BalasHapusKeajaiban bisa dateng kapan aja ya, disaat nggak bisa jawab soal dan ada kesempatan walau sedikit. Btw, yang ngawasnya kenapa nggak bilang boleh liat buku. Hih...
BalasHapusAku belum UAS :( UASnya besok habis lebaran :(
BalasHapusUAS open book dibilangnya close book. Giliran bilang open book waktunya udh hampir habis. Asli ini sih nyesek bgt.
BalasHapusSemngat UAS Rima