Kejutan Dari September

15.27 Rizka Ilma Amalia 14 Comments




Bulan September yang sangat-sangat berkesan.
Sebelumnya, aku mau berterima kasih sekaligus minta maaf ke teman-teman semua.
Terima kasih masih sudi mampir ke blog ini dan khilaf membaca tulisan-tulisanku.
Mohon maaf atas apa yang pernah aku tulis, mungkin ada yang pernah tersinggung atau tersakiti. Aku mohon maaf. Apalagi bulan ini udah jarang banget update blog. Maaf. :(

Banyak yang mau aku ceritain di sini. Tentang bulan September ini. Bulan yang penuh kejutan untukku.

Kejutan.
Kamu suka kejutan?
Kamu pernah mendapat kejutan?
Kapan kamu menerima kejutan-kejutan itu?
Kejutan itu apa, sih?

Kejutan adalah suatu keadaan ketika mata kamu berdenyut-denyut sendiri. Oh, itu kedutan.

Aku suka kejutan, tapi kalau dikejutin aku nggak suka. Soalnya aku orangnya kagetan. Kalau kaget, aku deg-degan. Kalau deg-degan, berarti aku jatuh cinta. Hhh~

Menurutku semua orang pasti pernah mendapat kejutan. Entah kejutan apa, dari siapa, dan bagaimana. Kejutan tidak melulu tentang ulang tahun. Dan ketika hanya sedang berulang tahun kamu mendapat kejutan. Tidak musti. Banyak hal yang bisa dibilang kejutan. Aku mau cerita beberapa kejutan yang aku alami beberapa hari ini.

Oke. Tarik napas dulu, ya. 

Hmmmmppppph~ 
 
Haaaaah~

***

Minggu, 20 September 2015
Hari ini aku ke Cilegon naik motor. Sendirian. Nekat. Aku tidak pernah mengendarai motor sampai sejauh ini. Biasanya hanya sekitaran Serang saja. Serang – Cilegon bisa ditempuh dalam waktu setengah jam. Kalau aku yang bawa, yaaa, 45 menitlah baru sampai. Hehe.
Masih di kawasan Serang, di Ciceri. Aku nggak tau jalan menuju ke Cilegon. Ketika sedang lampu merah, aku bertanya ke seorang laki-laki paruh baya di sebelahku.
“Permisi, Mas.”
“Ya?”
“Kalau mau ke Cilegon, jalannya ke mana, ya?”
“Oh, lurus aja, neng.”
“Lurus aja?”
“Iya… atau kalau nggak ikutin saya aja. Saya juga mau ke Cilegon.”
“Oh, gitu? Iya, Mas. Makasih….”
Lampu pun berganti hijau. Aku mengikutinya dari belakang. Lambat sekali jalannya. Ya, kebetulan, sih. Aku juga nggak begitu berani mendahului kendaraan yang ada di depan.
Ketika sudah hampir masuk Cilegon, si Masnya memberi kode agar aku mendahuluinya. Aku pun mendahuluinya. Dia pun pindah ke sebelah kendaraanku, beriringan.
“Neng, Cilegonnya di mana?”
“Hah?! Apa??”  kataku tak mendengarnya.
“Cilegonnya di manaa?”
“Oh, Halte PCI!” aku setengah berteriak.
“Haahh??” sekarang gentian si Masnya yang mendadak gangguan telinga.
Aku mengulang jawabanku sambil berusaha menoleh ke arahnya.
“HALTE PCI!”
Begitu aku menoleh ke depan lagi….
BRAAAAAAAAAK!
Aku terjatuh. Berusaha menghindari mobil yang kebetulan memang sedang diparkirkan di situ. Sulit sekali melihat ke samping kanan sambil tetap mengawasi pandanganku ke depan. Aku tidak fokus.
“Nggak apa-apa, Neng?”
“Nggak… nggak apa-apa, kok. Ha-ha,” aku malu. Tidak ingin ditonton banyak orang, aku berusaha bangun dengan bantuan Mas-mas itu. Si Masnya minta maaf, karena sudah mengajakku ngobrol di jalan. Aku, sih, yang salah. Harusnya minggir dulu, jangan ngobrol di jalan. Hhh~

Aku memeriksa keadaan motor. Alhamdulillah motornya nggak kenapa-kenapa. Cuma lecet sedikit. Aku pun melanjutkan tujuanku ke Cilegon yang tinggal sebentar lagi – dengan keadaan lutut kanan yang nyut-nyutan.
Sepulangnya dari Cilegon, aku memeriksa sumber rasa nyeri itu. Ternyata cuma lecet biasa. Alhamdulillah.


Senin, 21 September 2015
Ketika sedang di kelas, ada pesan masuk.
“Teh Rima, kalo sempet, beli tinta hitam 2, magenta 2, yellow 2, cian 1.”
Selesai kuliah, aku pun langsung berangkat dan mengajak Hanum. Tujuannya adalah ke MOS (Mall of Serang). Tinta printer di sana lebih murah. Sampai di sana, ternyata tinta hitamnya habis, hanya dapat yang cian. Aku memutuskan untuk membelinya di tempat lain.

Di parkiran MOS…
“Num, kamu aja, ya, yang bawa motor… masih nyeri, nih, kakinya…”kataku.
“Ya udah…”

Motor pun sudah keluar dari MOS dan melaju ke tempat jual tinta printer yang lain. Baru juga beberapa menit dari MOS, dari belakang ada Polisi yang mengejar kami dengan motornya.
“Mbak, tolong ikut saya sebentar,” katanya.

Kami hanya memasang wajah bingung yang mengisyaratkan pertanyaan “Ada apa? Kami salah apa? Mengapa kami berbeda?” Dengan berbagai banyak pertanyaan itu, kami menurutinya. Daripada dikejar, kan, malu.

Sampai di posnya, kami turun dan mengikuti si Bapak Polisi masuk ke ruangannya. Sial. Pikirku. Ada apaan lagi, sih, ini? Padahal kami sudah pakai helm, dan tidak menerabas lampu lalu lintas.
“Kenapa, ya, Pak?”
“Lampu stop di belakang motor itu warna putih, seharusnya warna merah.”
Dengan wajah polos aku bilang, “Emang iya, ya?”

Singkat cerita. Aku nggak tahu harus apa. Karena ini pertama kalinya aku ditilang. Si Bapak Polisi yang Terhormat sempat menyebutkan nominal yang harus kubayar untuk menebus tilang tanpa disidang. Cukup mencengangkan nominalnya. Akhirnya, aku mengharuskan diri untuk menelepon Ibu sebentar, dan aku disuruh untuk sidang saja. Oke. Baiklah. Aku memilih untuk hadir sidang tanggal 30 nanti dan STNK aku pun ditahan.


Rabu, 30 September 2015
Dari jam 7 pagi aku udah stay di kampus untuk hadir praktikum mata kuliah. Aku sengaja hari ini berangkat ke kampus naik motor. Biar nanti selesai praktikum aku langsung ke Pengadilan, bareng Hanum.
Aku belum pernah ikut persidangan. Di bayangan aku, tempat persidangannya itu luas, adem, dan menegangkan. Namun, ekspetasiku terlalu tinggi. Justru yang telihat malah sebaliknya. Tidak luas, tidak adem, dan tidak menegangkan.

Panas dan sumpek sekali. Hari ini banyak yang akan disidang. Aku dan Hanum berdiri di luar ruang sidang sambil memegang kartu tilangnya.
“Mau sidang?” kata Bapak-bapak di depanku.
“Iya.”
“Itu kartu tilangnya dikumpulin di sana, kalo nggak dikumpulin, ya, sampai besok pagi juga nggak akan dipanggil-panggil.”
Pffft. Malu-maluin si Rima.

Masih di luar ruangan….
“Num, bayarnya di mana, ya?” aku sambil menatap ke dalam. Ada 3 orang di depan sana. Yang di tengah Hakim, sebelah kiri Hakim ada seorang perempuan (entah dia sebagai apa, aku lupa), sebelah kiri Hakim ada seorang laki-laki yang memanggil daftar orang-orang yang akan disidang.
“Katanya, nanti ada tempat bayarnya,” jawab Hanum.
“Oh, ada tukang kasirnya gitu, ya?”
Aku tertawa dengan pertanyaanku sendiri. Iya, nanti habis disidang, bayar di kasir, terus keluar struknya.
Jenis tilang: Tidak pakai helm. Biaya: Rp. 50,0-
Jenis tilang: Pakai helm, tapi tidak pakai perasaan. Biaya: Siksa kubur.
Bebas, Rim!

Karena di luar panas, kami masuk ke ruangan. Dan ternyata lebih panas.
Di dalam, aku menemukan si Tukang Kasir yang tadi dicari. Di mejanya bertumpuk uang yang sudah disusun agak rapih.  Lumayan, tuh, buat beli mi instan berdus-dus untuk stock di kostan. Hehe.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Aku dan Hanum mulai cemas, karena jam sepuluh ada kuliah lagi. Namun, tidak lama dari itu, nama Hanum dipanggil. Aku pun maju untuk mewakili Hanum (Sssst… aku yang mewakili, soalnya Hanum belum punya SIM). Lagi pula aku yang salah, meminta Hanum untuk membawa motor. Maaf, Numeee. >.<

“Hanim? Harim?” kata Hakimnya.
“Hanum, Pak.”
“Oh, Hanum…”
“Saya Rima, Pak.”
“Loh? Kamu siapanya? Pacarnya, ya?”
“Hah?? Bukan, Pak. Bukan… saya temennya. Lagian, Hanum, kan, cewek…”
“Ya udahlah, udah… nggak apa-apa…” kata Bapak Hakim yang Terhormat, yang seolah-olah menganggap aku-pacaran-sama-cewek-juga-nggak-masalah.
Lalu satu ruangan sidang yang 97% lebih didominasi oleh cowok itu pada tertawa. Yak. Jadi….
SIDANG MACAM APA INI, YA TUHAAAAAN?!
NGGAK ADA SEREM-SEREMNYA.
MALAH LAWAK.
BHAAAAAY MAKSIMAL UNTUK BAPAK HAKIM.

Nggak sampai lima menit, sidang selesai. Aku membayar dan langsung ke kampus lagi.
Aku dan Hanum terlambat. Alhamdulillah masih diperbolehkan masuk.
Skip.
Kuliah selesai. Masih ada waktu satu setengah jam lagi, aku berniat melanjutkan desain spanduk untuk suatu acara. Aku pun balik ke kostan.
Dan inilah puncaknya kejutan di bulan September.
Aku parkir motor.
Aku masuk kostan.
Aku masuk kamar.
Daaaaaan.
Yak!
JENG-JEEEEENG.
Laptop aku nggak ada.
Yang ada hanya tas laptop, charger laptop, batere laptop yang sengaja aku lepas dan kutaruh di lemari, juga coolingpad.
Sudah kucari. Sepertinya laptop aku… diambil orang. Entah siapa. Aku nggak berani nuduh siapa-siapa. Aku bingung. Ini ketiga kalinya kostan aku kehilangan laptop, dengan korban yang berbeda.
Aku nggak nangis sampai kostan benar-benar sepi.
Data aku. Kenangannya banyak di sana. Semuanya. Hilang.
Astagfirullahaladzim.

***

Kejutan berturut-turut di bulan September. Terima kasih, September. Sangat berkesan. \o/
Di balik kejutan-kejutan ini ada hikmahnya.
Satu. Jangan ngobrol ketika sedang mengendarai. Baik mengendarai motor, mobil, atau buraq.
Dua. Jangan ganti-ganti lampu stop di belakang motor. Biarkan dia apa adanya.
Tiga. Jangan taruh laptop atau barang berharga lainnya sembarangan. Selagi masih bisa dibawa, lebih baik dibawa saja ke mana pun kamu pergi.
Empat. Jangan berpergian dengan meninggalkan rumah atau kamar dalam keadaan tidak terkunci. Pastikan rumah atau ruangan itu terkunci lebih dulu.
Lima. Jangan takut sama Hakim. Hakim itu nggak serem.
Enam. Rima itu normal. Nggak pernah dan nggak akan pacaran sama cewek.
Tujuh. Mohon maaf, kalau aku jadi jarang ngeblog. Rima udah nggak punya laptop lagi. Tapi, gimana pun caranya, aku usahain tetap konsisten ngeblog.
Delapan. Semangaaaat untuk kita semuaaaa!
Sembilan. Terima kasih udah baca postingan yang panjang ini.
Sepuluh. Ya udah. Gitu aja. 

You Might Also Like

14 komentar:

  1. Yaaah Rim turut sedih nih gue bacanya :( banyak banget ya cobaan yang lu tulis itu. Ternyata September emang engga selalu ceria.

    Btw kayaknya lu ikhlas banget nih orangnya haha

    BalasHapus
  2. September memang penuh kedutan.
    Itu lu nurut bae sama bapak-bapak.
    Untung lu nggak disesatin.

    Btw, hikmah dan kesimpulannya sangat bermanfaat.
    Terima kasih, Gan.

    BalasHapus
  3. Nggak pake GPS? Oiya, jangan. Nanti makin tersesat.

    Gue malah belum pernah sidang. Aneh amat itu sidang kayak gitu.
    Wah, ending-nya kehilangan laptop. Turut berduka. :(

    BalasHapus
  4. Turut berduka dan terkejut, Rim :(

    BalasHapus
  5. benar2 kejutan yang tidak diinginkan :(. semangat Rimaaaa :'D

    BalasHapus
  6. Turut berduka cita Rim :( Semoga laptopmu cepat kembali dengan keadaan sehat luar dalam. Kalo pun enggak kembali semoga ditempatkan di tempat paling bener. Aamiin.

    BalasHapus
  7. Anjir banyak banget kisah tragisnya. Huhuhu. Laptop paling bikin sedih. File-filenya. Kenangannya kan kalo gak pake perasaan denda siksa kubur. :( *eh ini apaan sih*

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar-benar surprise kejutannya
      Jatuh>kenat tilang>Laptong ilang
      ekh tapi kenapa gak sekalian sama charger'a aja yah ngambil laptop'a :D

      Hapus
  9. aku ambil hikmah yang nomor 5 yang hakim itu gak serem

    BalasHapus
  10. Yang sabar ya,,,ini bagian hidup yang harus kamu lewati,,,semaga bisa mengambil hikmanya

    BalasHapus
  11. Artikel yang sangat menarik, kunjungi balik yah gan :)

    http://clayton88.blogspot.com | http://kagumiterus.blogspot.com/ |
    http://informasiberitatop.blogspot.com | http://www.layardewasa.top | http://http://pkcinema.com | http://bit.ly/1sAwovI | http://bit.ly/1sUU8dl | http://bit.ly/1ZIdBJv | http://bit.ly/1YjeNnK | http://bit.ly/1WKgJqp | http://bit.ly/1ZIehP9 | http://bit.ly/1sAwovI | http://bit.ly/1UobCKp | http://bit.ly/1S0ZSYr | http://bit.ly/1ZIehP9 | http://bit.ly/1UL7Ia5 | http://bit.ly/1WKgJqp | http://bit.ly/1YjeNnK |


    Prediksi Bola
    Kumpulan Berita Menarik
    Nonton Film Dewasa
    Bandar Bola
    Agen Bola
    Agen Casino
    Agen Bola Terpercaya
    Main Dominoqq
    Agen Poker
    Bandar Ceme
    Agen Capsa
    Agen Poker Terpercaya
    Nonton Film Online

    BalasHapus

Sudah selesai membaca? Terima kasih! :)
Komentar, yuk!
Sesungguhnya, sedikit komentar dari kalian akan berpengaruh besar untukku.

Rima bersabda:
"Barang siapa yang memberikan komentarnya dengan tulus dan ikhlas, maka akan dilipatgandakan jumlah viewers blognya."