Tidur atau Bubur
“Tidur atau
bubur?”
“Bubur.”
Seingatku,
terakhir kali aku makan bubur, aku merasakan kantuk. Kemudian tertidur. Bangun dari
tidur, tubuhku sudah di kasur. Kudengar isak tangis Ayah, Adik, dan Bibi dari
dapur. Aku bergegas ke sana. Kulihat Ibuku tewas, diduga keracunan kapur yang sengaja dicampurkan ke
dalam bubur.
***
“Tidur atau
bubur?”
“Tidur.”
Sejak Ibu
meninggal, diam-diam aku membenci bubur. Aku lebih memilih tidur, adikku pun. Mengenang
Ibu dalam tidur. Menyenangkan. Mengingat caranya mendengkur. Membuatku cepat
tertidur.
Gelap. Samar-samar
kulihat adikku melambaikan tangan dalam senyap. Tersenyum. Kemudian masuk ke
gerbang putih disambut Ibu. Aku tercekat. Berusaha mengejar, namun bayangnya
hilang dengan cepat.
“IBUUUU!
ADIIIIK!”
Ayah dan
Bibi menghampiriku ke kamar. Mereka terlihat khawatir. Kemudian coba
menenangkan.
“Sabar, ya,
Kak. Yang tabah.. Adik sudah tidak ada.”
Kalimat Ayahku
membuatku tergugu. Katanya, ketika kami semua tertidur, Adik mencoba bunuh diri
seperti Ibu. Ini lucu. Mungkin aku terlalu lugu atas kantuk dan tidur yang
selalu mempermainkanku. Tapi, mulai detik ini, tidak akan lagi.
Hingga pada
hari ini…
“Tidur atau
bubur?”
“Tidur, Bi.”
Aku pun
tidur, tentu saja hanya pura-pura. Kali ini kantuk tak akan bisa mengelabuiku
untuk tidur. Kantuk ini akan kukutuk!
Satu jam
berlalu. Aku masih bergeming dengan kepura-puraanku.
Dalam hening, aku
mendengar suara. Sudah kuduga, ada yang aneh di rumah ini ketika aku tak
terjaga. Kulangkahkan kaki pada sumber suara. Aku melihat dua bayangan hitam
terkikik di atas ranjang sana.
“Tinggal satu
lagi yang harus kita singkirkan.”
“Jangan. Tinggal
dia anakku satu-satunya.”
“Ayolah. Bukankah
kau sudah tidak mempersalahkan ini lagi?”
“….”
“Dia hanya
akan mengganggu kebahagiaan kita, Sayang.”
Dua
bayangan hitam itu tak terlihat lagi, hanya terdengar suara ranjang berderit. Dasar
manusia terkutuk! Menjelma kantuk, tuk membuat maut. Aku mengutuknya dari
lubang kunci kamar Bibi, pembantuku.
Aku pun
balik ke kamarku. Tuk menjemput maut.
***
HALOO~
INI DIA #MEMFIKSIKAN KE-ENAAAAM! TEMANYA "TIDUR".
YAUDAH. GITU AJA.
HAHAHA.
Demen banget sama perselingkuhan. Hahaha. Lumayan twist-nya. :))
BalasHapusIya, ya. Baru sadar. Hahaha. Maklum korban perselingkuhan. Jadi, biar makin ngena ceritanya. :))
HapusAsik kena twist. Thaanks~ \o/
anjirr. ini bagus bgt. twistnya keren. gaya berceritanya juga asik. rada2 misteri gitu ya. hrs byk berguru nih sama lo urusan cerpen
BalasHapusTerima kasih, ya. Akhirnya ada yang bilang keren juga. :')
HapusBtw, ini FF bukan cerpen. :(((
Ayo, Man. Kita berguru sama Rima.~
BalasHapusYa Allah yang ini berlebihan banget. :(
HapusKalian kan gurunya. Aku mah cuma murid paud ingusan yang baru belajar ngelap ingus. #ApaIni :(
Makasih, yak~
Kampret..... kenapa nggak dilabrak ajaaaaa.....? *emosi gue*
BalasHapus*ngasi jempol ke layar laptop*
Kan udah gedee. Jadi, nggak main labrak-labrakan kayak anak SMP lagi. :))
Hapus*Ngasi uang recehan*
Kurang Ajar !! . . yang terkutuk itu si tokoh Ayah tuh . . dasar laki-laki lemah . . cuiihhhhh . .
BalasHapus*lalu diusir dari kotak komentar*
Hahaha. Ini komentar yang penuh emosi. x))
Hapus*Nggak jadi ngusir*
agak sedih ya :"|
BalasHapusaku pun ingin tertidur..
Sedih di mananya, ya? :')
HapusTidurlah, nak..
hari ini banyak baca postingan memfiksikan tidur,,huahh jadi ngantuk nih pengen tidur bukan mau bubur ya :D
BalasHapusYuk, tiduuur. Di rumah masing-masing. :D
HapusWohoo tulisan lo rada-rada misteri gitu kali ini, bikin emosi. keren pokonya !
BalasHapusHihihi~ Thank you! \o/
HapusKetika otak saya tak sampai untuk menafsirkan cerpen tersebut, di situ kadang saya merasa sedih....!
BalasHapusKetika aku membaca komentar ini, di situ aku pun merasa sedih. :(
HapusDaebak rims :D
BalasHapusYay! Arigatou, Nimas-chaan! :D
HapusBuset, ranjangnya bisa berderit ditengah malam >,<....itu yang paling serem menurutku, CMIWWWW :P
BalasHapusAku juga paling takut dibagian itu. :(
Hapus