Ada Cerita di Ragunan
Hari
Minggu. Nggak terasa udah hari Minggu lagi, Minggu yang tertumpuk rindu. Jadi
ingat beberapa minggu yang lalu, saat kami melepas rindu.
***
“Rim, udah
siap?” kata Hanum.
“Udah,
yuk.”
Aku
melakukan hal yang bodoh di Minggu pagi ini. Tidak biasanya aku memusingkan
penampilanku. Namun, aku ingat kata-kata si Pacar yang bilang, “Jangan make up berlebihan, ya.” Tawaku pecah.
Lucu saja, jangankan make up, pakai lipstick saja aku nggak betah. Yang ada lipstick-nya aku jilatin sampai habis.
Iya, Rima emang nggak bisa dandan. Silahkan kalian tertawa~ Bodo amat, pikirku.
Terserah apa katanya nanti, yang penting aku sudah berusaha jadi diri sendiri.
Bukankah itu lebih baik? :)
“Kamu udah
berangkat?” kata si Pacar di Whatsapp.
“Lagi pake
sepatu.”
“Aku tidur
dulu. :(“
Si Kampreet.
Chat-ku tidak dibalasnya lagi, dia
benar-benar tidur. Kebo! Setengah jam aku tempuh dengan menaiki angkot dua
kali, kemudian bus. “Dikit lagi sampe,” kataku memberi kabar. Dibalasnya cepat,
“Waparah baru bangun. :(“ Mataku terbelalak kaget. Nggak ngerti lagi sama si
Pacar. :(
Bus
berhenti di salah satu mall yang ada
di Jakarta Barat. Aku memberinya kabar kalau aku sudah sampai. Aku pasrah saja,
menunggunya di halte depan mall itu.
Aku menatap
Hanum yang duduk di halte sebelah. Kami tertawa. Dia yang meminta untuk duduk
terpisah dan pura-pura tidak kenal. Entahlah apa motivasinya. Aku memang
malu-maluin, tapi nggak gini juga kali. Hhh. -_-
Menunggu
memang tidak enak, ya. Tapi, menurutku lebih tidak enak lagi kalau ditunggu.
Jadi, aku nggak keberatan menunggu seperti ini. Hmm.
Si Pacar
mengabariku lagi kalau dia nggak ada helm. Aku bilang saja kalau aku tidak
keberatan pergi naik bus. Sama Rima mah santai aja, selow, naik apa aja bisa.
Hahaha. Songong, kan. Yang aku khawatirkan, si Pacar ini mabokan. Maksudku
mabok naik kendaraan umum. Jadi, kayaknya nggak mungkin dia naik bus. Hahaha~
Lagi-lagi
menunggu…
***
Ketika aku sedang
asik Whatsapp-an sama Hanum…
“Hey.”
Aku menatap
seseorang yang memanggilku itu. Lama. Maraknya berita penculikan dan berbagai
modus untuk sekedar menjual ginjal, membuatku menelaah, meneliti, menyelidiki
orang yang memanggilku ini. Tapi, kalau dilihat-lihat lagi, kayaknya dia si
Pacar, deh. Hahaha.
Dia memberiku
helm dan langsung memboncengku menuju Ragunan. Pertanyaan basa-basi pun keluar,
“Kamu sama siapa ke sini? Sendirian?” kata si Pacar. Aku yang di belakangnya
menahan tawa nggak karuan. “Iya. Sendirian, dong. Strong, kan?” kataku sok cool.
Dia nggak tahu saja, kalau tadi aku sempat dadah-dadah ke Hanum. Pffft.
Di jalan,
dia bercerita tentang keterlambatannya. Dia memang terlambat, tapi untuk ukuran
orang terlambat, dia termasuk cepat dalam siap-siap seperti mandi dan segala
macam. Tentu saja itu mengundang rasa curigaku, “Kamu nggak mandi, ya?” Ada
jeda sebentar. Hening. Kemudian pertanyaanku dijawabnya, “Mandi lah.” Terdengar
seperti menahan emosi. Jelas sekali. Aku tak bisa menahan tawaku lagi.
HAHAHAHA.
Selama
perjalanan, lebih banyak aku yang berbicara dibanding dia. Suaranya pun
cemprengan aku daripada dia. “Bawel” katanya. Sial! Akhirnya aku memutuskan
untuk diam.
Suasana
hening, sampai dia yang memecahnya.
“Nanti kalo
ada pom bensin bilang, ya,” katanya.
“Kamu
ngomong apa sih, Yog?”
“Bzzzzzz”
Anjir. Ini anak ngomong apaan sih?
“Apaan?
Nggak kedengeran.”
“Kalo ada
pom bensin bilang!” Suaranya agak kencang. Tapi masih tidak terdengar jelas.
“Suara kamu
lembut banget, sih, Yog. Aku nggak dengeer.”
“NANTI KALO
ADA POM BENSIN BILANG!”
Aku diam.
Bingung. Yang aku dengar hanya ‘bensin’-nya. Jadi, aku menyimpulkan sendiri
kalau dia mau beli bensin. Oke. Aku pun memperhatikan sekitar. Ketika mataku
menemukan pom bensin, aku refleks bilang, “Itu disebelah kanan.” Dari belakang aku
menahan tawa. Dia pasti kesel. Aku memang suka buat dia kesel. Habisnya lucu.
Hahaha. :p
Di pom
bensin. Aku sengaja nggak mau turun dari motor. Penasaran. Ini orang dari tadi
nggak mau melihat aku. Sampai antrian habis, aku pun turun sendiri. Aku melihat
ke arahnya, tapi dia melihat ke arah lain. Selesai mengisi bensin, aku sengaja
tidak langsung naik ke motornya, tunggu disuruh dulu. “Heh! Ayo, naik,” katanya
sambil menoleh ke arahku. Aku menurut dan tersenyum diam-diam. :))
“Oiya,
masih lama nggak sampenya?” tanyaku.
“Masih.
Ragunan itu jauh banget. Belum ngelewatin sungai dan jalanan yang kanan kirinya
jurang,”
“Emang di
Jakarta ada begituan?” tanyaku bingung.
“Ada. Nanti
kamu juga tau.”
Setelah itu
aku lebih memperhatikan jalan. Mencari sungai sama jalan yang kanan kirinya
jurang. Aku cuma mau memastikan saja. Memastikan kalau dia nggak bohong.
Sampai
memasuki parkiran Ragunan, aku masih mencari sungai sama jembatannya. Kita pun turun
dari motor, kemudian menuju loket pembelian tiket. Aku yang masih penasaran
akhirnya bertanya, “Mana? Katanya jauh? Lewat sungai dulu, terus kanan kiri
jurang?” Bukannya memberi penjelasan, dia malah tertawa ngakak. TAEUCING.
“YOGA KAMPREETTT. NGERJAIN ORANG AJA!” Aku mengelus dada, menyabarkan diri. Sabar,
Rim.. Sabar… Masih pagi nggak boleh marah-marah…
Selesai
membeli tiket, kita langsung masuk. Ini pertama kalinya aku ke Ragunan. Rasanya
bersemangat sekali, mau mengelilinginya dari ujung ke ujung. Mendengar si Pacar
yang katanya belum sarapan, aku pun tidak tega dan mengurungkan niatku yang
ingin langsung berkeliling.
Kita
mencari tempat, dan pilihan jatuh pada kursi panjang di tengah taman. Dia
mengeluarkan roti dan menawariku, aku menggeleng. Dia menawariku chiki, aku
menggeleng. Dia menawariku beng-beng, aku langsung mengambilnya. Aku suka yang
berbau cokelat.
Aku masih
nggak habis pikir. Aku ini cewek macam apa? Nggak ada prepare-nya sama sekali. Kalah sama si Pacar yang bawa-bawa makanan
sama minuman. Jarang-jarang ketemu orang begini. Rasanya, aku pengin langsung taruh
dia di museum.
Selesai
makan, saatnya berkeliling. Yey! Jika kalian melihat ada pasangan di Ragunan,
yang ceweknya terlihat terlalu bersemangat dan hampir jejingkrakan, dengan
cowoknya yang sok cool dan lebih
terlihat bersemangat dalam hati, itu kita.
Kaki ini
berjalan begitu saja. Mengikuti papan tanda panah yang sesat. Tandanya
menunjukkan ke kandang beruang, tapi ketemunya gajah-gajah lagi. Pucing pala
berbi.
Sambil
mencari kandang beruang, kita berhenti di kandang burung elang. Kita nggak
foto. Ngapain? Elangnya kecil. Aku kira bakal sebesar elang di Ind*siar, terus
elangnya bisa bertransformasi gitu. Ternyata nggak. Bahiklah…
Padahal
belum dikelilingin semua, tapi rasanya udah capek begini. Si Pacar jalannya
cepat banget. Perasaan kalo aku jalan sama teman-teman aku, aku yang jalannya
paling cepat. Benar kata pepatah, “Di atas langit masih ada langit”.
Aku
berhenti, minta minum sama si Pacar. “LEMAH!” katanya. Sialan. Enak aja aku
dikatain lemah. Dengan sok tegar aku lanjut jalan.
Selang
beberapa menit dari itu, dia yang minta istirahat. “LEMAAAH!” kataku
bersemangat. Gantian! HA-HA!
Setelah
sekian lama, akhirnya ketemu kandang beruang juga!
“Mana beruangnya?”
kataku bersemangat.
“Itu di
sana.”
“Manaaa?”
“Ituu di
bawah.”
“.…”
Demi apaaa?
Beruangnya bikin aku kecewa lagi. Aku kira beruangnya besaaar, kayak di film
Masha. Ternyata…
“Itu
beruangnya? Kecil amat..” kataku tak bersemangat lagi.
Baru juga
lihat sebentar, eh, beruangnya udah masuk lagi ke dalam kandangnya kandang
untuk istirahat. Udah nyarinya susah, kecil, cuma sebentar pula. DASAR BERUANG
TAK BERPERASAAN! BHAY!
Biar nggak
bete. Foto-foto aja, deh.
![]() |
Ehm. Difotoin pacar. |
![]() |
***
“Ya main ke
Ragunan mah cuma gini-gini aja..” kata si Pacar tiba-tiba.
“Emang
kenapa? Gapapa, kan..” kataku sambil menoleh padanya, ”… yang penting bahagia.”
“Emang kamu
bahagia?”
“Iya.
Kamu?”
Lama tidak
ada jawaban. Matanya masih menghadap ke depan. Bukannya menjawab pertanyaanku,
malah mengalihkan pembicaraan.
“Dih,
jawab! Curang, kan, nggak mau jawab,” kataku kesal.
“Kalo
bahagianya nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata, gimana?” ucapnya sambil
menoleh padaku. Tersenyum. Membuatku tersipu malu.
Sepasang
mata kami saling bertatapan, meraba masa depan. Tatapnya penuh keyakinan, tak
ada yang perlu aku khawatirkan. Entah sampai kapan… Rasanya genggaman ini tak
ingin aku lepaskan. Biar maut yang memisahkan.
***
Teruntuk Sekarangku, terima kasih atas senyum dan
tawamu. Jangan pernah bosan merajut bahagia bersamaku.
Teruntuk
para pembaca, terima kasih. Dan maaf, mungkin tulisan ini membuat mata kalian
pedih.
See you! Mumumu~
Tulisan gue di-copas terus diedit doang ini. HIH! Nyesel gue baca.
BalasHapusCiyeee ketemuan. Ciyeee pacaran. Ciyeee. Mau batuk sebentar, boleh? UHUK!. Udah.
HapusYoga: YAAAAAAH! KETAHUAAN, KAAAAAN. :((( Semoga nggak ketahuan kalo tulisan yang lain juga hasil copas. :(
HapusAgung: Batuk? Dikarbol aja~
UHUKKKKKKK
HapusUdah pernah baca di blognya Yoga ini. Malah jadi kayak cerita fiksiku gini, Make sudut pandang yang laki dan sudut pandang yang perempuan di cerita terpisah, yang isinya sama. :o
BalasHapuskayak hawadis dan silvia :)
HapusHaw: Loh? Emang ini cerita fiksi. Belum sadar? :/ Hehehe. Nggak apa-apa, kan? Cara penulisannya juga beda. :)
HapusMemang menunggu itu nggak enak, kok ini saling berbohong sih, "kamu nggak mandi y?" "mandilah," pasti jawabnya dengan penuh rasa cemas, elang yang di Indosiar itu aneh, tapi keren juga sih, hehe... Kok beruangnya nggak difoto -_-
BalasHapusSaling berbohong di mananyee? :/
HapusHahaha. Beruangnya kecil. Gak keren. Ngapain difoto. Huft. -_-
Horee main ke Ragunaan. \:D/
BalasHapusHahaha masih malu-malu. Langgeng ya kalian. :)
Horee. \:D/
HapusHahaha. Aamiin. Makasih, Kak. :)
Uhuy banget ini sekarang gue baca dari sudut pandang si ceweknnya wkwk. Banyak banyakin main lg, biar bisa diceritain diblog haha
BalasHapusOkaaay, Mau banget diceritain di blog? Hahaha. :p
Hapusahayyy kencan di ragunan nih ye. :p :D
BalasHapus"Jangan pernah bosan merajut bahagia bersamaku" >> kayaknya dari dalem ati nulis itu ya kaka *wink
Hehehe. Pake diperjelas lagi~ *melipir*
Hapusbaca ginian serasa baca flashfictionnya howhaw....
BalasHapusdari yoga dulu, terus lanjut ke halaman rima...dan ini bikin penasaran..
oyaa...ralat...yang ada gambar elangnya bukannya metr* ya...bukan indosi*r
Flash Fiction.. -_-"
HapusHahaha. Bagian mana yang bikin penasarannya, Mbak?
Ngg.. Nggak.. Maksudku, di Indosi*r kan sering ada sinetron yang naik-naik elang gitu. ._.
Cieelah moga langgeng aja lah :3 baru tau ceritanya
BalasHapusPJ nya mana nih ? UHULK!
Aamiin. Makasih, ya. :3
HapusNgg.. PJ itu apa, sih? :/
Aamiin. Makasih. :3
HapusNgg.. PJ itu apa, ya? :/
UHUK!
Ini versi balesannya atau apaan niii . .??
BalasHapusYahhh kayaknya sih kalian kompak . . semoga awet dan langgeng terus aja deh sampe tua ntar . .
Semoga bertahan juga buat Ledereannya . . :))
Ini cerita dari sudut pandang yang berbeda saja~
HapusIya semoga awet, soalnya tiap hari udah minum formalin gitu deh. Aamiin. Makasih doanya. Hihi~ :))
cerita di ragunan versi rima :D, bagus-bagus,hehe baca ini jadi ingat cerita fiksinya hawadis sama silvia :D
BalasHapusMakasih, Kak. :D Hahaha. Iya, yang di atas juga ada yang komentar begitu. XD
HapusTernyata Rizka pacaran sama anak kampret. Semoga lo enggak ketularan, ya :))
BalasHapusBoleh bersin sebentar enggak ? HACIM!
Aku udah mulai ketularan.. :(
HapusNGGAK BOLEH. BAYAR! GOCENG!
Bahahah.. Yoga kode banget biar kamu belajar pakek make up, Rim! :P Lalalalaaa~
BalasHapusMasih bisa sabar kamu yah ngadepin pacal yang bilang 'aku tidur dulu'..
Kalok Febri ngomong kek gitu, aku uda bakalan teleponin sampek hpnya bisa ngomong sendiri! Hih! -_-
:))
HapusOh, emang iya itu kode? :/
HapusWakakaka. Kak Beby sereeeem. XD
Iya aku bisa sabar gitu soalnya aku pake cheat. :))
Iss.. Yoga uda kayak Adi aja. Komennya :)) doank! -_- *baper*
HapusKeknya emang iya deh dia kode. Apalagi kencan pertama. Kan harus tampil maksimal. Mihihihi :P
Cheatnya apaan? Segitiga bulet 2x? ._.
Hahahaha. Kayaknya nggak deh. XD
HapusNaaah. Itu udah tau, Kak! ._.
RIMAAAA YOGAAAA SEMOGA LANGGENG!!! :*
BalasHapusYang lagi anget-angetnya nih, ntap. :3 Itu si Yoga juga cerita soal beruang asli ngakak. Hahahaha
Aamiiin. Makasih Devaaaa! :*
HapusHahaha. Iyaaaa beruang apaan kayak gitu. Hih. -_- Cupu! Diadu sama ayam tetangga juga kalah itu beruang. Pffft.