Darah Oh Darah
JUNI!
Bulan baru. Buka
lembaran baru.
MEI!
Terima kasih. Banyak
hal yang terjadi. Meskipun sulit, tapi sudah terlewati.
Oke. Segitu aja kalimat
pembukanya. Sebenarnya aku nggak tau mau ngetik apa. Yang jelas nggak mau
bersajak dulu. Kali ini pengin ngetik random aja. Biar nggak jelas. Ya udah,
biar nggak tegang, ketawa dulu, yuk.
HAHAHAHAHA.
Enaknya cerita apa, ya?
Hmm.. Gimana kalau aku cerita tentang awal di bulan Juni?
***
Tanggal 1 Juni 2015.
Sekitar jam 2 pagi, aku baru sampai di Serang. Ceritanya aku habis pulang ke
Lampung gitu. Melepas rindu yang sudah tertahankan selama 2 bulan lebih.
Lumayan. Meskipun cuma 2 hari di rumah.
Memasuki komplek
kostan, aku menelepon Khay. Sebelumnya, aku udah bilang bakal numpang nginep di
kostannya. Soalnya teman-teman kostan aku pada pulang ke rumahnya masing-masing
dan berniat pulang hari Senin ini. Sedangkan aku nggak pegang kunci kostan.
Jadi nggak bisa masuk.
Nggak lama dari itu dia
ke luar. Kami cengengesan, kemudian masuk ke dalam. Bukannya tidur, kami malah
ngobrol. Sekitar jam 4 pagi baru merem.
Baru tidur beberapa
jam, aku melek dan melihat henpon. Jam menunjukkan angka 07.50. Aku panik dan
langsung bangunin Khay. Gimana nggak panik, kami ada kuliah jam 07.30. Aku
langsung pamit balik ke kostan asalku.
Sebenarnya kostan aku
sama Khay cuma berseberangan. Yoi. Tinggal bersin juga sampai. Di depan kostanku,
aku diam. Firasat buruk. Aku ketuk-ketuk dan mengucap salam, tapi nggak ada
yang menjawab. DEMI KERANG AJAIB! MEREKA BELUM PADA DATANG! ARRRRGH!
Pikiran yang udah panik
dan ditambah makin panik lagi, karena aku ingat kalau aku nggak bawa baju
ganti. Aku nggak bisa berpikir jernih lagi. Untungnya di jemuran ada baju yang
baru aku cuci beberapa hari yang lalu. Aku langsung ambil saja dan langsung
lari ke kostan Khay. Kondisi aku pagi itu yang berantakan sambil bawa baju,
mirip banget kayak Chelsea Islan yang lagi maling jemuran.
Singkat cerita, kami
udah di kelas dan bebas dari omelan. Selamat, karena yang ngajar asisten dosen
(asdos). Aku langsung buka henpon dan membuka materi yang akan kubaca. Iya.
Hari ini kelompok aku maju presentasi. Aku baru baca sebentar sewaktu di kapal.
Memanfaatkan waktu yang ada.
Tiba giliran kelompokku
yang maju. Moderator sudah membuka, tapi kondisi kelas masih berisik. Moderator
sudah berteriak, tapi tidak ada yang mendengarkan. Dengan refleks tanganku
melayang ke atas meja.
BRAAAAAAAK!
Seketika kelas hening.
Semua mata tertuju padaku. Da aku mah apa
atuh. Aku hanya senyum-senyum selayaknya bayi…
Bayi dajjal.
Begitulah, akhirnya
presentasi bisa dimulai. Dengan persiapan yang seadanya, Alhamdulillah
presentasi berjalan lancar.
Mata kuliah selesai.
Hanum, yang sebelumnya sudah mengajakku untuk ikut donor darah, langsung
menggiringku ke sana.
Saatnya ganti pasangan.
Malam sama Khay, siang sama Hanum. Yang disayangkan, mereka semua cewek. Oke. Skip.
Donor darah. FYI aja,
nih. Aku belum pernah donor darah. Takut? Nggak. Masalahnya aku selalu gagal.
Entah itu karena acaranya pas saat aku lagi datang bulan, berat badanku yang
kurang dari 45, atau yang terakhir kali aku gagal donor darah itu orang PMI-nya
nggak sanggup ngambil darah aku. Bukan karena kulitku yang tebal kayak kulit
badak dan susah diambil darahnya, tapi karena pembuluh darah vena-ku yang
kecil. Harus orang yang sudah ahli dan berpengalaman yang melakukannya. Jadi
bukan salah aku, dong? Orang PMI-nya waktu itu aja yang lemah~
Sudah beberapa kali aku
gagal. Hingga tibalah kesempatan untuk donor darah itu datang lagi. Sambil
mengisi data, aku berdoa semoga kali ini gagal lagi. Namun apa daya, tensi aku
bahkan sangat bagus, berat badan melampaui batas, dan tidak sedang datang
bulan.
Tinggal tunggu ada
tempat yang kosong dan serahkan diri ke sana. Sempat ada pemikiran untuk kabur
ke kostan. Tapi seorang Rima nggak boleh cemen. Apa pun yang terjadi. Hadapi.
Nggg…
Tapi…
JARUMNYA ITU, LOH.
JARUMNYA NGGAK KECIL. YA ALLOOOH.
“Rim, itu tempatnya
kosong!” kata Hanum bersemangat.
“Cepetan, Rim. Lama banget
lu, gua sama Rangga aja udah selesai,” kata Mamad, salah satu teman sekelasku.
Dengan langkah gontai
karena dengkul lemas, aku pasrah berjalan menuju Mbak-mbak yang akan mengambil
darahku satu kantung.
Kantung mata.
Mata SBY.
Yakali. Banyak amat. :(
Astagirulloh. Bawa-bawa
mantan..
Mantan presiden.
Aku tiduran. Mbak itu
mengoleskan alkohol di lenganku. Terasa dingin. Kemudian dia mengambil sesuatu
yang ada di plastik. DEG. Jarum!
“Mbak, waktu itu aku
pernah gagal donor darah gara-gara pembuluh vena-nya kecil,” kataku. Berharap si
Mbak ini nggak sanggup juga. Namun, respon yang kudapat di luar dugaan. Si Mbak
hanya diam saja, dan lanjut memencet-mencet lenganku, mencari pembuluh darah
yang kecil itu.
“Susah, ya, Mbak?
Ketemu nggak?” aku menahan senyum. Si Mbak masih tak menjawab. Wajahnya tampak
serius. Dia pun memasang alat tensi di lengan kananku untuk membantunya. Kerutan
di wajahnya mulai mengendur. PERTANDA BURUK! Aku mulai mules.
Jarum yang masih baru
itu dikeluarkannya. Lumayan panjang dan besar. Jarumnya.
Aku yang melihatnya,
menarik napas agar tetap relax, dan
memiringkan kepala ke kiri. Kupejamkan mata kuat-kuat. Tak ingin merasakan
jarum yang masuk. Tapi percuma. Aku yang orangnya sangat perasa dan peka ini
dapat merasakan dengan jelas saat jarum menusuk tepat di lengan kananku. Eeaaa. Mataku masih terpejam kuat. Aku cemen
sekali. Argh~
“Rim, kenapa?” tanya
Hanum yang baru saja menghampiriku.
“Nggak apa-apa. Hahaha,”
kataku sambil menyeka ujung mataku.
Aku lihat lengan
kananku. Jarum berhasil masuk dan dengan lancar mengeluarkan darah suci
milikku. Terlihat jelas sekali saat darah itu mengalir di selang kecil memenuhi
kantung darah. Aku mulai biasa saja. Hanum yang di sebelahku sibuk mengambil
gambarku. Naluri photographer-nya
keluar.
![]() |
The first time.. |
“Pusing nggak?” tanya
si Mbak penyedot darah itu.
“Nggak,” jawabku dengan
pasti.
Sekitar 10 menit,
proses penyedotan darah itu pun selesai. Saat jarum yang menusuk di lenganku
tadi dicabut, terasa sekali gesekannya di kulit. Aku memejamkan mata lagi,
sampai si Mbak PMI memanggil namaku.
“Rizka Ilma Amalia, ya?”
Aku hanya mengangguk.
“Sudah selesai.”
“Hah? Sudah?”
“Iya. Lengannya ditekuk
dulu, ya. Dua menit.”
Aku masih tiduran.
“Pusing nggak? Mual-mual?”
tanya si Mbaknya.
“Nggg… Nggak.”
“Nggak, tapi pake mikir
dulu. Hahaha.” Hanum menertawakanku. Aku hanya meringis.
Aku pun bangun dan
mengambil kartu pendonor. Bersamaan dengan itu, aku diberikan makanan, susu,
dan obat penambah darah. Susunya langsung kuminum.
“Gimana, Rima? Kuat?
Nggak pusing, kan?” tanya si Mamad.
“Nggaklah, ya, Rim.
Rima kan strong. Anak karate. Masa gitu
aja pusing,” kata Rangga.
“Ha-ha-ha. Iyalah. Mana
mungkin Rima pusing. Ha-ha-ha,” jawabku sekenanya.
Namun,
di balik semua ketegaran itu… Saat Mamad dan Rangga pergi…
“Num, makan, yuk.
Laper, nih. Belum sarapan, mana semalem begadang, terus darahnya diambil pula. Nggg…
Pusing…”
“Katanya nggak pusing? Hahaha.”
“Ya habisnya Mamad sama
Rangga begitu, kan maluu. Lagian, emang kenapa, sih, sama anak karate? Anak karate
nggak boleh pusing? Apa-apa bawa anak karate. Kesel.”
“HAHAHAHA. Ya udah,
ayok makan.”
***
Yaa jadi begitulah
cerita di awal bulan Juniku~ Sekian cerita tentang darah-darahannya. Rima emang
sok kuat, padahal mah… emang kuat. Huahaha. :p
Aku juga mau
klarifikasi, kalau aku itu nggak takut sama jarum. Aku cuma gugup aja. Mungkin karena ini yang pertama kalinya buat aku.
Dan di balik itu semua, aku benar-benar senang. Senang bisa berbagi. Sekarang aku malah ketagihan pengin donor darah lagi. Tapi, donor darah nggak bisa terus-terusan, ada jangka waktunya. Minimal 2 setengah - 3 bulan setelah mendonor. Kata orang PMI-nya, dalam 1 tahun diperbolehkan mendonor maksimal 5 kali. FYI aja, sih. Donor darah itu enak tau, banyak manfaatnya, nih:
1. Bisa bantu menurunkan berat badan
2. Membakar kalori
3. Memperbaharui sel darah baru
4. Meningkatkan sel darah merah
5. Mengetahui tipe darah
6. Dan masih banyak lagi. Searching aja di gugel.
Jadi, kamu-kamu yang belum pernah donor darah, mending coba, deh. Nggak usah takut-takut. Sok-sokan berani aja kayak aku. Padahal emang berani. Hahahak~
Kamu punya pengalaman
donor darah, nggak? Cerita di kolom komentar, yuk.
Kalau kamu belum
pernah, ya udah, ngerusuh juga boleh.
Kalau kamu punya
perasaan terpendam sama aku, utarakan perasaan juga boleh.
Silahkan~ Anggap saja
kolom komentar ini rumah kamu sendiri~
Terima kasih. \o/
Ini yang salah darah, orang PMI sendiri, atau kak Rima? Bhahaha.
BalasHapusBtw, kalo donor darah buat nurunin berat badan, ini badan udah kurus kakak -_-
Salahkan cowok. Karena cowok selalu salah. Hahaha. :p
HapusHahaha. Makanya itu, asalkan berat badannya memenuhi syarat, di atas 45 , ya aman-aman aja. :))
Hahahaha. Asyik deh bisa donor darah. Besok-besok donor kasinor indror deh.
BalasHapusAaaaaaaaakk!!!
HapusHaris : Kaaaaaak! -____-
HapusDoni : *sumpel kaos kaki*
Ciyeee, ada yang ketagihan ngeluarin darah. Eeh, ngedonorin darah maksudnya.
BalasHapusBelum pernah sih, dulu sempat mau donorin darah buat Mama yang lagi sakit dan butuh donor, tapi golongan darah kami beda. Akhirnya gak jadi deh. :(
Ah, tiap bulan juga ngeluarin darah. Ciyeee~
HapusLain kali coba. Seru, loh~ Apalagi kalo yang melayaninya cakep. :))
eh tpi kan cewek tiap bulan selalu ngeluarin darah, mayan tuh kalau di donorin.
BalasHapusYang tiap bulan udah diserahkan kepada pihak yang berwajib. Gitu.
Hapushahaha, mau sih darah suci x))
BalasHapusMau-mau! Kalo buat kamu harus bayaaar.
HapusHai bayi dajjal yang abis donor! Hahaha
BalasHapusGue sampe sekarang belum pernah donor. Setiap ada event donor darah selalu pas lagi sakit. KZL. oh iya, maksudnya memperbaharui sel darah baru itu apaan? jadi sel darah yang baru diperbaharui lagi?
oh iya, salam dari Kyokushin Karate! Osu!
HAAAI! Osu!
HapusNggak apa-apa, Kak. Kalo memang niat, kelak akan dipertemukan sama moment-moment itu. Tunggu saja. Hahaha.
Ngg... bentar. *lima abad kemudian*
O_o Rima svrem... suka ngeplakin meja.
BalasHapusAku udah beberapa kali daftar, di kampus sering ada kegiatan donor darah, tapi apa daya, kagak lulus sensor. :| *mau nyumbang darah biar dapet pahala jariah aja berat banget*
Ah, Kak Haw bisa aja.. Itu pujian, kan? Terima kasiih~ \o/
HapusHahaha. Kagak lulus di mananye? Ya udah lain kali coba lagi. Jangan menyerah! Yeah~
temen gue abis donor darah pas disuruh bebaring dulu, eh dia udah main berdiri terus jalan-jalan. Eh baru bentar dia jatoh pingsan haha *apasih*
BalasHapusHahaha. Sok tegar itu temennya. Ditahan-tahan malah jadi begitu. Pfftt. Oleng. :'D
HapusPada dasarnya, kalo lemah ya tetep lemah. Meskipun udah sok-sok ikut karatae. Hahaha.
BalasHapusAh, males banget kalo baca cerita tentang donor darah. Gue ditolak mulu setiap mau donor. :(
Kata si Mbak, "Kalo berat badan di bawah 50, mohon maaf belum bisa."
Sedih gue.
Btw, mau gemukin badan biar bisa donor darah. Karena donor kasih sayang udah keseringan. Emaap.
Kampreeet. Bodo. Tapi masih lemahan lu. Hah! \o/
HapusPadahal yang penting di atas 45, itu udah bisa donor. Ya kalo di bawah 50, itu mah saya juga gak akan bisa. Berat badan nggak mencapai segitu. :))
Ogitu. Gudlak. :))
Kaloo donor darah, sih keseringan temen gue yang donor, trus jajannya gue ambil . .
BalasHapusGue aja sedikit phobia darah kok, liat darah ngalir aja biasanya langsung kringet dingin . .
Waparaah. Gapapa. Ambil aja. Asal jangan ambil pacarnya. Itu namanya nikung. :/
HapusHahaha. Jadi pengin nakut-nakutin pake darah, deh. Hiii~ Hiii~~
Ga berani saya mba ikutan donor darah, fobia sama jarum suntik
BalasHapusNggak apa-apa. Yang penting nggak fobia sama aku. :(
HapusTenang aja mba gabakal fobia klo mba'a gak galak :D
Hapuswah, mulia yak lo. gue jadi pingin donor darah...
BalasHapusjadi lo anak lampung toh? bibi gue tinggal di jalan ikan apa gitu... di lampung.
biasa gue ke lampung waktu libur mainnya ke.. metro.
Donor darah, gih. :D
HapusIya gitu deh. Lahir dan tinggal di sana.
Ohh. Metro mah jauh. :')
wah enak tuh dapet jajan. bisa buat alternatif kalau lupa bawa uang saku tinggal cari tempat donor darah, trus dapet makanan sama susu. :D hehe..
BalasHapusYa.. Ya nggak gitu juga, sih.. -___-"
HapusDonor darah? ._. aku belum pernah loh mbak ._. takut Mbak wkwkwkw
BalasHapusDarahku diambil cuma waktu tes darah gitu pas tes kerja dulu :D langsung lemes plong gimana gitu rasanya :D
Ngebayangin jarum suntik aja gue takut. Apalagi ampe disuntik diambil darahnya. Serem. Klo gue sih lebih demen nyuntik dr pd disuntik.haha
BalasHapusHuaaaa gue belom pernah donor
BalasHapusSelalu gak sempet kalo ada event donor darah
ckckck
"Chelsea Islan yang lagi maling jemuran." Itu bagaimana ? -__-
BalasHapusKalo soal donor darah sih, aku cuma sekali dulu pas ada ajang donor darah di kantor kelurahan, Haha ternyata emang awalnya sakit pas ditusuk-tusuk jarum, tapi abis itu pusing. Ternyata punya darah rendah. Abis itu nggak boleh lagi buat donor darah :/
Mau donor darah, nggak jadi terus, jadinya penasaran terus. nanti lama lama jadi darah penasaran :(
BalasHapusNgampus di Untirta, ya. Salam kenal, kampung halaman saya di Serang. Hahahaha
Wakakaka ngakak bangetttt! Salam ya buat mbak penyedot darah wkwk.
BalasHapusEH beneran deh aku ngakak banget baca cerita ini, makasih ya bikin malam ini jadi bahagia banget gara-gara ngakak wkwk.
Aku.... juga berkali-kali gagal. Hmm semoga nanti ada kesempatan donor darah deh :')
Gue belum pernah donor darah. Entah kapan beraninya. Hahaha. :b
BalasHapusjadi pengen donor darah :))
BalasHapus