Penikmat Langit
sumber: google.com |
Langitku menghitam, kau pun.
Siap menjatuhkan titik suka dan dukanya pada tanah.
Menikmati tiap titik yang dijatuhkan.
Menyimpan semuanya dengan baik, hingga menumbuhkan benih-benih setia.
Mengemasnya dengan rapi.
Dilakukan dengan baik oleh tanah, hingga langit tak mengetahuinya.
Tanah begitu mengagumi langit tak berujung.
Dalam malamnya langit terlihat begitu kuat,
Seolah langit melindunginya dari hal apa pun.
Seolah langit siap memberikan apa pun tanpa perlu ia minta.
Dalam siangnya langit terlihat begitu bersahaja,
Seolah siap membahagiakan siapapun.
Seolah langit begitu menyayangi tanah.
Pada kenyataannya itu semua dilakukan tidak hanya pada tanah, namun pada semua yang melihat langit.
Bagaimanapun, kapanpun, dimanapun, apa pun itu tanah tidak akan pernah berubah.
Selalu merentangkan permukaannya.
Selalu menjadi penikmat langit.
Karena tanah mempercayai sesuatu yang menguatkannya.
Menikmati tiap titik yang dijatuhkan.
Menyimpan semuanya dengan baik, hingga menumbuhkan benih-benih setia.
Mengemasnya dengan rapi.
Dilakukan dengan baik oleh tanah, hingga langit tak mengetahuinya.
Tanah begitu mengagumi langit tak berujung.
Dalam malamnya langit terlihat begitu kuat,
Seolah langit melindunginya dari hal apa pun.
Seolah langit siap memberikan apa pun tanpa perlu ia minta.
Dalam siangnya langit terlihat begitu bersahaja,
Seolah siap membahagiakan siapapun.
Seolah langit begitu menyayangi tanah.
Pada kenyataannya itu semua dilakukan tidak hanya pada tanah, namun pada semua yang melihat langit.
Bagaimanapun, kapanpun, dimanapun, apa pun itu tanah tidak akan pernah berubah.
Selalu merentangkan permukaannya.
Selalu menjadi penikmat langit.
Karena tanah mempercayai sesuatu yang menguatkannya.
Meski jauh namun saling membutuhkan, hujan yang menghubungkan.
Tanah tak pernah marah, ia menyetia pada langit.
Aku pun begitu...
Padamu.
puisinya keren :) http://www.salaminzaghi.com/2014/07/derita-algojo-penalti.html
BalasHapusTerimakasih :)
BalasHapus