Kembali
Langit jingga
terbentang bangga. Menyelimuti malaikat-malaikat kecil penuh pesona.
Dipinggiran gang, ada yang menatap bangga sembari bernostalgia.
Adzan Ashar berkumandang.
Malaikat-malaikat kecil berlarian menuju rumahnya masing-masing, kecuali gadis
itu. Kini terlihat dewasa, sedang menatap malaikat yang berlarian, seolah ia
berada di antaranya.
Gang perumahan itu
seketika sepi. Mata gadis itu terlihat sendu. Seperti ada yang dirindu. Masa
lalu.
***
“Zahra! Ayo pulang.
Ngaji dulu,” ucap Ibunya.
“Nanti, Buu, tanggung.”
“Ini udah sore, Zahra.
Nanti telat loh!”
Zahra memajukan
bibirnya. Menggemaskan. Disegerakannya mandi, salat Ashar, kemudian berangkat. Zahra
pamitan, lalu pergi sendirian. teman-temannya sudah berangkat lebih dulu. Zahra
selalu saja datang terlambat. Guru dan teman-temannya sudah hafal.
***
Tak beberapa lama
kemudian, malaikat-malaikat kecil tadi muncul kembali dari rumahnya. Kini
mereka beramai-ramai memakai pakaian berwarna-warni. Tak lupa yang perempuan
memakai kerudungnya, laki-laki memakai pecinya. Gadis itu tersenyum. Ia tahu
akan ke mana malaikat-malaikat kecil itu. Ia membuntutinya sampai tempat.
TPA Al-Ikhlas.
Belajar mengaji setiap
sore, sudah menjadi rutinitasnya ketika kecil. Tempat itu.. Dinding itu.. Meja
kayu berukuran kecil dan panjang itu yang menjadi saksinya. Lemari tempat
menyimpan Al-Quran itu pun masih ada pada tempat yang sama, kini ia sudah
semakin rapuh.. Sama seperti dirinya.
Satu persatu malaikat
kecil itu mengaji bergantian. Suara yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran
maupun Iqra, meneduhkan hati bagi yang mendengarnya. Perlahan gadis yang
bersembunyi di balik pohon itu memejamkan matanya. Meresapi setiap huruf yang
terdengar. Menikmati kedamaian.
***
“Habis Ikke aku!”
teriak Zahra.
“Ihh, apaan deh. Orang
habis Ikke itu Dina. Iyaa kaan, Abi?” tanya Dina sambil bergelayutan dilengan
Abi --- panggilan untuk guru ngajinya.
“Aku duluaan. Orang aku
udah ngantri dari tadi,” sambar Toni.
“Eh.. Sudah-sudah
jangan berantem. Nanti kan kebagian semuanya. Hmm.. Gimana kalau begini saja,
yang duduknya paling rapi nanti Abi pilih ngaji duluan.” Setelah sang guru
ngaji bilang begitu, anak-anak langsung pada duduk pada tempatnya
masing-masing. Teratur. Guru yang cerdas..
“Yak, Zahra duluan,”
ucap sang Abi. Yang lain pada bersorak, “Huuuu,” Zahra hanya cengar-cengir
lucu.
***
Gadis itu tersenyum,
menatap malaikat-malaikat kecil berlarian di halaman masjid. Abi sampai lelah
meneriakinya. Mereka diamnya hanya sesaat, kemudian begitu lagi, akhirnya
dibiarkan. Abi terlihat sudah semakin tua,
gadis itu berkata dalam hatinya.
“Siapa yang mau pulaang?”
teriak sang Abi.
“Akuuu!”
“Aku! Akuuu!”
“Ayo duduk yang rapi!”
Kemudian malaikat-malaikat kecil itu menurutinya.
Doa pulang menggema
dalam masjid. Satu persatu mereka mencium tangan Abi, berpamitan. Gadis itu
membenarkan posisinya agar tak terlihat.
***
“Ayo lari! Yang sampe
sana duluan, dia yang menang,” ujar Zahra sambil menunjuk satu rumah di ujung
sana.
“Ayo! Siapa takut!”
kata Ikke. Dan yang lain mengikuti.
Zahra mulai menghitung,
“Oke. Satu.. Dua… Tigaaa!”
Serentak semuanya ikut
berlari. Zahra yang paling bersemangat. Hingga ia tak melihat ada polisi tidur
di depannya. Zahra sukses tersungkur di atas aspal. Teman-temannya langsung
berhenti dan menghampiri Zahra. Mereka kira Zahra akan menangis, ternyata
tidak. Zahra langsung bangun dan tertawa. Menertawakan kebodohannya. Menertawakan
lututnya yang mengeluarkan darah. Menertawakan bayangan Ibu yang akan
mengomelinya kesekian kali karena bajunya sobek.
“Kamu nggak apa-apa?”
tanya teman-temannya.
“Nggak apa-apa kok.
Hehehe.”
“Hahahaha. Kebiasaan!”
***
Masjid itu kini
terlihat sepi. Malaikat-malaikat kecil sudah pada pulang ke rumahnya
masing-masing. Tinggal Abi yang berada di dalam sana. Sendirian. Duduk bersila,
menghadap kiblat. Jemarinya memegang tasbih, dan bibirnya tak berhenti mengucap
istigfar.
Gadis itu menarik napas
dan menghembuskannya perlahan, berusaha menguatkan hati. Kemudian melangkah dengan
pasti. Ada yang harus segera diselesaikan. Rindu ini. Jika tidak, waktunya akan
segera habis. Entahlah, gadis itu merasa Ayah, Ibu, dan Kakaknya akan segera
menjemput. Gadis itu sudah siap. Sebentar lagi..
“Abi..”
Pria yang sudah semakin
tua itu menoleh pada arah suara yang memanggilnya. Terlihat dari matanya yang
seketika membulat, ia terkejut. Posisi duduknya berubah, perlahan ia mulai berdiri,
menghampiri gadis itu..
“Zahra…”
“Abi, Zahra minta maaf.
Zahra menyesal sudah mengecewakan Ayah, Ibu, Kakak, dan Abi. Ayah, Ibu, dan
Kakak sudah pergi. Sekarang Zahra nggak punya siapa-siapa, cuma ada Abi, orang
terdekat Zahra. Beri Zahra kesempatan untuk memperbaiki diri, Abi..” ucap
Zahra. Suaranya mulai bergetar.
“Abi, Zahra ingin
mengaji lagi..”
Zahra, jangan lari-lari dong, hati hati kalo jalan, liat tuh jatuh kan -_-. Haha, keinget masa-masa pas masih main2 di TPA dulu, kalo cowo beda. Lipatin sarung panjang2, kalo udah tebel panjang dilemparin tuh ke temen-temen :v
BalasHapusBagus kak ceritanya :3
Zahra memang ceroboh. Pfft.
HapusHahaha. Iya, tuh, ada juga yang begitu. :))
Terima kasih. :)
Anak perempuan memang selalu menjadi kesayangan ayahnya yaa
BalasHapusNgg.. Iya.. Tapi, Mbak.. Maksudnya bukan begitu. Abi itu guru ngajinya, bukan ayahnya. Hehe. -_-
Hapusboleh lah.
BalasHapuskamu kapan kembali, rim? kembali ke..... (isi sendiri) :p
Hmm.. Boljug..
HapusNanti. Nunggu Hepi duluan. Rima mah mengalah untuk Hepi. Baik, kan? :p
penyesalan memang selalu datang terlambat ya...
BalasHapuszhara kok udah nggak jualan sepatu lagi?
zhara kan biasanya ada di mall2, jualan sepatu sama tas...
Celana juga.
HapusIya.. Zahra sekarang jualan combro, Jev..
HapusIya.. Zahra sekarang jualan combro, Jev..
HapusIshh ishh . . jadi inget jaman gue masih di TPA dulu . .
BalasHapusDari segi cerita agak nggak nangkep sih inti ceritanya, tapi setelah dibaca 3 X . . . tetep aja nggak nangkep . .
Maafin kebodohan saya rim ..
Hahahaha. Ya udah, emang bikinnya juga lagi setengah sadar. Jadi agak ngaco. Nggak usah dipikirin. :)))
HapusSi Zahra kenak konflik apa sih? Aku kepo nih.. ._.
BalasHapusJadi gini, Zahra sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Zahra mungkin sudah menjadi wanita yang negatif. Di saat itu, Zahra termenung akan masa kecilnya yang rajin ngaji. Nah, setelah flashback, Zahra akhirnya memutuskan untuk tobat. Karena hanya Abi ( panggilan guru ngaji ) yang masih hidup dan paling deket sama Zahra. Abi dijadikan panutan hidup lagi. Gitu. IMHO. :)
HapusIya, Kak.. Yoga hampir bener, sih.. Sebenernya si Zahra juga penyakitan gitu udah mau meninggal. Makanya mau tobat. Ngaco emang. Nggak terlalu dijelasin sih, ya. Maafkan daku manteman~ :))
HapusUhuk. Baik lah. Sepertinya aku memang gagal paham. Makasih buat penjelasannya ya Yoga en Rimaaaa :D
HapusKayaknya, lo nulis ini pengalaman banget, ya ? Pengalaman sering menyesal hahaha
BalasHapusGue ngakak baca komen lu. :)
HapusFirstan: Anjir. -__- Pulang lewat mane, Tan?
HapusYoga: Ngakak juga. :))
Huft... jadi ingat masa-masa TPA, kalau aku mah dulu sering berantem di TPA, soalnya temenku pada suka ngejek, akhirnya habis pulang jotos-jotosan mulu. Tapi, namanya anak-anak, habis jotos-jotosan, besoknya becanda lagi, eh pulangnya jotos-jotosan lagi. Begitu terus, tapi tetep temen sampai sekarang :)
BalasHapusHm... ini si Zahra sepertinya punya masa lalu kelam sama orangtua dan guru ngajinya, dan sepertinya sudah mau meninggal dia ini, sebenarnya apa yang membuatnya jadi begitu? Kenapa dia jadi ingin mengaji lagi? Jadi penasaran ._.
Anak cowok memang kayak gitu, ya. ._.
HapusIya benaaaar! Hahaha. Yah, maaf, ya bikin penasaran. Mungkin kalo mood nanti dibikin part 2-nya aja. Biar nggak pada penasaran. -___-
Maafkan aku. Hahak.
Aduh, jadi ini alur ceritanya mundur ya? Sorry gagal paham :D
BalasHapusJadi inget masa TPA waktu kecil dulu. Sebelum TPA kita main berantem-beranteman dulu sampe ada yang nangis. Main bola, main petak umpet. Aduh, jadi inget masa kecil :(
Jadi inget pas kecil ngajinya di masjid.. itu zahranya emang yang kebanyakan tingkah apa gimana bisa robek berkali-kali bajunya
BalasHapusPenasaran sih keluarganya meninggalkan zahra karena pergi ninggalin zahra begitu aja. Atau keluarganya meninggal? Terus di komen bilang zahra penyakitan. Penasaran nih ada lanjutannya gak?
Jangan lari-lari dong,tar jatuh, tuhkan jadinya jatuh, untungnya gak jatuh gara-gara cinta. (ah ini apaan sih, kenapa jadi bawa-bawa cinta segala).
BalasHapusEh ini konfliknya, si zahra udah jadi yatim piatu ya, udah gak punya siapa-siapa lagi, dan kini si zahra kecil hidup sebatang kara dengan seorang gurunya ngajinya ?
selain judulnya "KEMBALI" ini coock juga kalau dibuat judulnya "TOBATNYA SI ZAHRA" biar lebih dramatis.
BalasHapusMasa-masa kecil dihiasi dengan mengaji itu adalah hal terindah dibanding masa kecil dihiasi dengan sinetron vampire gagal gaul
Apik, dan oh, aku suka Zahra :))) Cum aku menemukan beberapa plot bolong deh, tp nanti deh kapan kapan kita bahas ya.
BalasHapusbaca ini jadi bernostalgia masa kecil dulu deh. dulu itu kalo sore pasti udah rapi mau berangkat ke TPA. di TPA pun juga gitu, waktu baca doa, semuanya baca dengan keras seolah-olah nggak mau kalah. ahh, masa-masa itu.
BalasHapusjadi cerita diatas ini alurnya habis mundur terus maju lagi gitu kah? aku kok nggak nangkap yang endingnya itu gimana...
tapi udah keren kok. udah bisa menciptakan cerita yang membuat pembaca bisa bernostalgia ke masa kecilnya lagi. kerenn.
saya sudah baca hampir 3 kali tapi belum ngerti juga sama isi ceritanya.yang saya tangkap hanya zahra pengen kembali ngaji seperti waktu dia kecil :D
BalasHapusAda yang tersirat, ya? Dan kayaknya aku tau. *peluk :)
BalasHapusWah sekarang isinya kebanyakan cerpen kayak gini ya. Bagus nih. \(w)/
BalasHapusCerpennya bagus cc...itu kalau nggak salah menafsir di akhir cerpen itu zahra ingin mengaji lagi ya?? keluarganya sudah meninggak dan tinggal ibunya seorang??? Pilihan diksinya keran dan langsung kena di hati...walo alurnya sederhana tapi diracik dengan mempesona..hihi..bagus pokoknya.
BalasHapus